Terobsesi Tidur Pulas pada Malam Hari, Hati-Hati Gangguan Orthosomnia
JAKARTA – Gangguan tidur merupakan satu kondisi yang memengaruhi tidur. Pada umumnya, orang akan mudah terlelap secara natural setelah merebahkan tubuh di kasur.
Namun, ada juga sebagian orang yang terobsesi tidur pulas dan menyerahkan solusi pada teknologi. Gangguan tersebut disebut dengan orthosomnia.
Saat ini, berbagai aplikasi dan berbagai teknologi pelacak tidur mudah sekali ditemukan. Bahkan, yang merasa mengalami insomnia banyak yang memakainya untuk mengawasi kebiasaan tidur yang menyehatkan.
Ini yang jadi masalah, dorongan untuk mendapatkan tidur ideal selama 6 hingga 8 jam setiap malam membuat orang terobsesi.
Melansir dari Psycom, tim peneliti pertama kali mendokumentasikan persoalan orthosomnia sejak 2017.
Mereka menemukan semakin banyak pasien yang mencari pengobatan untuk gangguan tidur. Sialnya, gangguan tidur didiagnosis sendiri atau tanpa ukuran medis.
Akhirnya mereka memakai data-data pelacak kebugaran pada aplikasi dan memastikan mendapatkan tidur yang sempurna.
Baca juga:
Dr. Daniel Jin Blum, MD, Adjunct Clinical Instructor di Psychiatry & Behavioral Sciences Stanford University School of Medicine, mengatakan bahwa orthosomnia lebih merupakan tren daripada diagnosis sebenarnya.
Memperhatikan kebiasaan tidur adalah hal yang wajar. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Dr. Julie Kolzet, Ph.D., seorang terapis gangguan tidur di New York City.
Katanya, semakin kita terobsesi dan terpaku pada pentingnya tidur maka kita semakin melakukan kontrol atas tidur. Secara paradoks, tambah Kolzet, justru menyebabkan masalah dengan tidur.
Blum juga menjelaskan bahwa mereka yang memiliki ukuran sempurna cenderung memicu orthosomnia dan efek tambahannya rentan mengalami kecemasan.
Walaupun tak ada bukti orthosomnia dan insomnia terkait, namun beberapa orang yang mengalami orthosomnia sangat mungkin mengalami insomnia.
Meski belum tentu berlaku sebaliknya, tetapi yang terobsesi bisa tidur pulas pada malam hari memiliki fokus dan terus waspada menjelang tidur.
Menurut Blum, mereka yang mengalami orthosomnia cenderung fokus pada angka acak yang menurut mereka ideal.
"Tidak ada ukuran normal dan tepat pada angka-angka," kata Blum.
Lanjut Blum, bahkan kadang dalam keadaan sehat pun tak sepanjang waktu mendapatkan tidur pulas tepat selama delapan jam. Bangun pagi hari tanpa alarm pun juga tak sama persis setiap harinya.
Pelacak tidur yang sehat dan ideal, menurut Blum dan Korzet memang bagus untuk membantu orang termotivasi menjaga kesehatannya.
Namun, menggantungkan tidur dengan waktu tepat berdasarkan teknologi tentu tidak sesuai dengan pengaturan medis.
Berdasarkan saran kedua ahli, Blum dan Korzet, jika memang benar-benar membutuhkan tidur ideal karena memengaruhi aspek penting dalam kehidupan, misalnya pekerjaan, keluarga dan relasi maka direkomendasikan untuk mencari bantuan profesional.