Siapa Listyo Sigit Prabowo, Kabareskrim yang Diajukan Jadi Kapolri oleh Jokowi

JAKARTA - Komisaris Jenderal Listyo Sigit Prabowo adalah kepala Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri yang menjadi calon tunggal kapolri yang diajukan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Rabu, 13 Januari. Lalu siapa sebenarnya Sigit? Bagaimana rekam jejaknya?

Listyo Sigit Prabowo lahir di Ambon, Maluku, 5 Mei 1969. Ia adalah lulusan Akademi Kepolisian tahun 1991. Pengalamannya sebagai reserse dimulai tatkala menjabat Kepala Unit II Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Metro Tangerang pada 1993. 

Saat itu Sigit masih menyandang pangkat inspektur dua seperti dikutip majalah Tempo. Kemudian, selama enam tahun ia tak bersentuhan dengan dunia penyidikan. Sampai akhirnya kembali menggeluti dunia reserse ketika menjabat Kepala Kepolisian Sektor Duren Sawit, Jakarta Timur, 1999.

Saat menjabat Kepala Polsek Duren Sawit, Sigit pernah membantu tim Gegana Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya. Mereka saat itu hendak memburu pengebom Plaza Atrium, Senen, Jakarta Pusat, bernama Dani.

Bom itu meledak pada 1 Agustus 2001. Anak buah Sigit saat itu menggeledah rumah kontrakan Dani di Perumnas Klender. Di tempat itu mereka menemukan bahan dan peralatan bom. 

Dua tahun kemudian Sigit menjabat Kepala Polsek Tambora, Jakarta Barat dengan pangkat komisaris. Pada 2005 Sigit kemudian menjadi Kepala Satuan Intel dan Keamanan Polres Jakarta Barat. "Saya banyak mendapatkan ilmu lobi saat menjadi interl," kata Sigit.

Kariernya sempat mandek saat Sigit berpangkat ajun komisaris besar. Dari 2006 sampai 2009 ia banyak bertugas di Markas Besar Kepolisian RI dan Polda Metro Jaya.

Karirnya mulai menanjak saat menjabat Kepala Polres Pati sejak Oktober 2009. Setahun kemudian, ia menjabat Wakil Kepala Polres Kota Semarang. 

Menurut Sigit, selama bertugas di Pati dan Semarang, dirinya mulai berkenalan dengan para kiai. Salah satunya mantan Ketua Majelis Ulama Indonesia dan Dewan Penasihat Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Kiai Sahal Mahfudz yang punya pondok pesantren di Pati.

Sigit kemudian menerima kenaikan pangkat menjadi komisaris besar ketika menjabat Kepala Polres Surakarta pada April 2011. Saat itu, Jokowi masih menjabat Wali Kota Solo. Di sanalah Sigit pertama kali mengenal Jokowi. 

Dekat dengan Jokowi

Keakraban Sigit dan Jokowi terbangun setelah peristiwa bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh Solo, 25 September 2011. "Kami bersama-sama mengembalikan citra Solo yang sempat rusak karena bom itu," kata Sigit.

Perkawanannya dengan Jokowi berlanjut ketika Jokowi menjadi presiden. Sebab pada 2014, Sigit menjadi ajudan presiden. 

Sigit sempat menceritakan awal mula ditawari menjadi ajudan Jokowi. Kata dia, tawaran muncul saat dirinya meminta restu ke Jokowi akan menempuh sekolah staf dan pimpinan tinggi Polri. 

Tawaran pun diterima. Namun, meski ditawari langsung oleh Jokowi, Sigit tetap menjalankan sejumlah tes. Tes pertama ia jalani bersama tiga perwira menengah lainnya, salah satunya Agus Suryonugtoho yang saat itu menjabat Kepala Bidang Hukum Polda Kalimantan Timur.

Setelah itu, Sigit kemudian menjalani tes seleksi kedua hingga bisa menjadi ajudan presiden. Ia menjadi ajudan Jokowi paling senior. Sebab dari seluruh ajudan, ia sendiri yang dari angkatan 1991 sementara yang lain berasal dari TNI angkatan 1993. 

Karier menjadi ajudan Jokowi ia jalani selama dua tahun. Setelah itu seperti dirangkum dari Kompas, Sigit mengisi jabatan di Korps Bhayangkara sebagai Kapolda Banten pada 2016 sampai 2018. Kemudian ia menjabat Kadiv Propam Polri pada 2018-2019. 

Pada 6 Desember 2019, barulah Sigit menjadi Kepala Bareskrim seperti sekarang. Saat itu dirinya menggantikan Kapolri saat ini, Jenderal Polisi Idham Azis yang saat itu dilantik menjadi orang nomor satu di jajaran Polri. 

Sigit menjadi perwira termuda yang menjabat Kabareskrim dalam satu dekade terakhir. Pendahulunya berusia antara 51 dan 54 tahun saat menduduki posisi itu. 

Mengungkap kasus Djoko Tjandra

Ada beberapa peristiwa yang mengundang perhatian publik selama kepemimpinan Listyo di Bareskrim. Misalnya saja saat penangkapan terpidana kasus Bank Bali Djoko Tjandra yang buron selama 11 tahun. Penangkapan ini dipimpin langsung oleh Listyo.

Saat itu Listyo membeberkan ada tim khusus yang dibentuk untuk mencari Djoko, sampai informasi keberadaannya di Malaysia bisa terendus. "Karena itu sore, kami ke Malaysia dan bekerja sama dengan Kepolisian Malaysia, Djoko Tjandra kami tangkap. Ini merupakan komitmen kami," kata Listyo ketika menangkap Djoko Juli tahun lalu. 

Bukan cuma itu, Listyo juga membongkar praktik suap terkait pelarian Djoko Tjandra yang melibatkan Kadiv Hubungan Internasional Polri Irjen Napoleon Bonaparte dan Karo Korwas PPNS Bareskrim Polri Prasetijo Utomo.

Namun setelah Napoleon tertangkap ia malah "bernyanyi" di pengadilan. Ia menyeret Listyo Sigit Prabowo dan beberapa nama lain seperti petinggi Partai Golkar Bambang Soesatyo, serta Wakil Ketua DPR RI Bidang Politik dan Keamanan ihwal penghapusan status red notice Djoko Tjandra.

Prestasi

Berdasarkan rekam jejaknya, prestasi Listyo Sigit Prabowo memang mendapatkan pengakuan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Azis Syamsuddin. Meski tergolong muda dan dianggap melangkahi dua angkatan seniornya untuk menjadi Kapolri, prestasi Sigit terbukti moncer.

"Secara prestasi, tentu di atas rata-rata, beliau sudah menduduki posisi di Kabareskrim," kata Azis di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu, 13 Januari 2021, dikutip Tempo.

Azis menganggap wajar bila ada pro dan kontra terkait penunjukan Sigit sebagai calon Kapolri lantaran usia dan angkatannya. Ia menyebut fenomena ini pernah terjadi saat Tito Karnavian terpilih menjadi Kapolri. 

Tito bahkan melangkahi empat angkatan di atasnya. Dan hal itu tidak mengurangi kapasitas dan kapabilitas seorang Tito dalam mengorganisir Polri dan mengayomi masyarakat.

Kembali ke Sigit, selama menjabat Kabareskrim ia memang doyan mengungkap kasus-kasus besar lain. Seperti misalnya mengungkap dan menangkap Maria Pauline Lumowa yang telah menjadi buronan selama 17 tahun dalam kasus pembobolan bank senilai Rp1,7 triliun. 

Selain itu, sebelum berhasil mengungkap kasus Djoko Tjandra, Listyo juga membuat geger publik dengan mengungkap kasus penyiraman air keras terhadap penyidik KPK Novel Baswedan. Kasus itu sudah terkatung-katung sejak April 2017. 

Sampai Pada 27 Desember 2019, Sigit mengumumkan secara langsung penangkapan dua terduga pelaku kasus tersebut. Mereka adalah, RM dan RB, keduanya merupakan oknum anggota kepolisian. 

Teranyar, Bareskrim Polri sedang menangani kasus dugaan penyerangan Laskar FPI kepada aparat kepolisian di Tol Jakarta-Cikampek. Bahkan, kasus dugaan pelanggaran kekarantinaan kesehatan yang menyeret Rizieq Shihab, mulai dari Petamburan, Jakarta Pusat, kerumunan di Megamendung dan RS Ummi Bogor juga semua diambilalih oleh Bareskrim.

Profil

Nama Lengkap

Komjen. Pol. Drs. Listyo Sigit Prabowo, M.Si.

Nama Panggil

Sigit 

Tempat, Tanggal Lahir

Ambon, 5 Mei 1969

Agama

Protestan

Golongan Darah

O

Hobi

Olahraga, musik

Istri

Juliati Sapta Dewi Magdalena

Kekayaan

Rp8,314 miliar (2019)

Profesi

Polisi

Pendidikan 

Akademi Kepolisian (1991)

S2 Universitas Indonesia 

Perjalanan Karir

Kepala Kepolisian Sektor Duren Sawit, Jakarta Timur (1999)

Kepala Polsek Tambora (2003)

Kepala Bagian Pengendalian Personel Biro Personel Polda Metro Jaya

Kepala Kepolisian Resor Pati (2009)

Wakil Kepala Kepolisian Resor Kota Besar Semarang (2010)

Kepala Kepolisian Resor Kota Surakarta (2011)

Kasubdit II Dittipidum Bareskrim Polri (2012)

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Sulawesi Tenggara (2013)

Ajudan Presiden RI (2014)

Kepala Kepolisian Daerah Banten (2016)

Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri (2018)

Kepala Badan Reserse Kriminal Polri (2019)