Janji Pemerintah Tetap Cari Korban Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 Meski Black Box Ditemukan
JAKARTA - Kemarin, salah satu black box atau kotak hitam pesawat Sriwijaya Air SJ-182 berjenis flight data recorder (FDR) ditemukan. Black box yang ditemukan oleh tim penyelam TNI Angkatan Laut ini ditemukan pada Senin, 12 Januari pukul 16.40 WIB.
Black box itu dimasukkan ke dalam boks dan berisi air berwarna kecokelatan. Kemudian dibawa menggunakan Sea Rider oleh beberapa penyelam, di antaranya Kopaska dan Dislambair.
Satu lagi black box yang belum ditemukan adalah cockpit voice recorder (CVR). Alat ini berisi percakapan antara pilot dengan kru pesawat dan menara pengawas sebelum pesawat jatuh.
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyebut, black box CVR telah terlepas dari ping locater atau sinyal pemancar yang bisa dideteksi lokasinya. Namun, Hadi optimis dalam waktu dekat CVR akan ditemukan.
"CVR masih perlu dicari dengan tanpa adanya bantuan beacon tersebut. Namun kami meyakini semua beacon yang ada di cockpit voice ditemukan di sekitar itu dengan keyakinan tinggi maka cockpit voice akan ditemukan,” kata Marsekal Hadi Tjahjanto di Posko Terpadu JICT 2, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa, 12 Januari.
Meskipun tim SAR tengah gencar menemukan alat yang bisa membongkar penyebab kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ-182, Kepala Basarnas Marsekal Madya Bagus Puruhito menyebut proses evakuasi pesawat tidak berhenti dengan penemuan black box.
Kata Bagus, pencarian akan terus dilakukan untuk mencari korban dan serpihan pesawat yang masih berada di dasar laut Kepulauan Seribu.
"Evakuasi belum selesai, tapi masih ada korban dan potongan tubuh. Tentu ke depan kami masih akan melanjutkan upaya pencarian di dalam lokasi tersebut," tutur Bagus.
Sementara, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi turut berjanji bahwa tim SAR akan melanjutkan langkah-langkah kecepatan pencarian Sriwijaya Air SJ-189, serta hak para korban.
"Penanganan harus cepat untuk mendapatkan black box, begitu juga jenazah korban, dan potongan pesawat. Kedua, asuransi dan hak-hak para korban sesuai dengan ketentuan yang berlaku," ungkap Budi.
Baca juga:
FDR mulai dianalisis
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) membawa FDR ke kantornya untuk dianalisis. Kepala KNKT Soerjanto Tjahjono mengungkapkan, tahap awal penelitian adalah pengunduhan data rekaman dalam FDR hingga lima hari ke depan.
"Kami mohon doanya dari semuanya agar pengunduhan data bisa berjalan lancar. Kami membutuhkan waktu 2 sampai 5 hari apakah data ini bisa terbaca atau tidak, nanti kami akan sampaikan. kalau data memang berhasil kita buka dan isinya seperti apa dan kami akan sampaikan garis besarnya," kata Soerjanto.
KNKT sebelumnya telah melakukan analisis sementara terkait jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182. KNKT mengumpulkan data radar (ADS-B) dari Perum LPPNPI (Airnav Indonesia). Dari data tersebut, tercatat pesawat mengudara pada pukul 14.36 WIB, terbang menuju arah barat laut dan pada pukul 14.40 WIB pesawat mencapai ketinggian 10.900 kaki.
Ketika mengalami stall atau malfungsi penerbangan, pesawat Sriwijaya Air SJ-182 mulai turun. Data terakhir pesawat yang bisa tercatat berhenti pada ketinggian 250 kaki atau sekitar 76 meter.
"Terekamnya data sampai dengan 250 kaki, mengindikasikan bahwa sistem pesawat masih berfungsi dan mampu mengirim data. Dari data ini kami menduga bahwa mesin dalam kondisi hidup sebelum pesawat membentur air," tutur Soerjanto.
Kemudian, berdasarkan data lapangan lain yang didapat KNKT dan KRI Rigel, sebaran wreckage memiliki besaran dengan lebar 100 meter dan panjang 300-400 meter.
"Luas sebaran ini konsisten dengan dugaan bahwa pesawat tidak mengalami ledakan sebelum membentur air," ujar Soerjanto.
Temuan bagian pesawat yang telah dikumpulkan oleh Basarnas, salah satunya adalah bagian mesin, yaitu turbine disc dengan fan blade yang mengalami kerusakan.
"Kerusakan pada fan blade menunjukan bahwa kondisi mesin masih bekerja saat mengalami benturan. Hal ini sejalan dengan dugaan sistem pesawat masih berfungsi sampai dengan pesawat pada ketinggian 250 kaki," ungkap dia.