Anggaran Pertahanan Meningkat, China Kirim Sinyal Warning ke Jepang: Hati-hati dalam Urusan Militer

JAKARTA - Kementerian Pertahanan China memberikan lampu merah bagi Jepang yang meningkatkan anggaran pertahanan dalam beberapa tahun terakhir. Jepang disebut cendrung kembali ke jalur militerisasi.

"Sangat berbahaya," kata Juru Bicara Kementerian Pertahanan China, Tan Kefei  pada konferensi pers sebagaimana dilansir dari Reuters via chanelnewsasia, Kamis, 16 Maret. 

Jepang harus berhenti melakukan hal-hal yang membahayakan perdamaian dan stabilitas regional. 

Jepang, yang meninggalkan perang pada 1947, tahun lalu meluncurkan ekspansi militer senilai 315 miliar US dolar selama lima tahun untuk mencegah Beijing menggunakan kekuatan di Laut China Timur.

Termasuk di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa serangan Rusia terhadap Ukraina dapat membuat China berani menginvasi Taiwan. Bulan lalu, Jepang mengatakan pihaknya mencurigai balon pengintai China telah memasuki wilayah Jepang setidaknya tiga kali sejak 2019.

"Kami mendesak pihak Jepang untuk sungguh-sungguh belajar dari pelajaran sejarah, berhati-hati dalam perkataan dan perbuatan dalam urusan keamanan militer," kata Tan kepada wartawan.

Pada saat yang sama, China merencanakan peningkatan pengeluaran pertahanannya sebesar 7,2 persen tahun ini, melampaui peningkatan tahun lalu dan lebih cepat dari target pertumbuhan ekonomi pemerintah yang moderat.

Tetangga China, termasuk Jepang, serta Amerika Serikat, prihatin dengan niat strategis Beijing dan perkembangan militernya, terutama karena ketegangan telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir terkait Taiwan.

Beijing mengatakan pengeluaran militernya untuk tujuan defensif merupakan persentase yang relatif rendah dari hasil ekonominya dan para kritikus ingin menganggapnya sebagai ancaman bagi perdamaian dunia.

"Yang perlu ditekankan adalah bahwa pengeluaran pertahanan China yang terbatas sepenuhnya untuk menjaga kedaulatan nasional, keamanan, dan kepentingan pembangunan, serta untuk menjaga perdamaian dan stabilitas dunia dan regional," kata Tan.