'Siap' Ditinggal Finlandia, PM Kristersson Harap Turki Ratifikasi Keanggotaan NATO Swedia Usai Pemilu Bulan Mei
JAKARTA - Keengganan Turki untuk menyetujui pencalonan Swedia sebagai anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), membuat Stockholm dan Helsinki kemungkinan tidak berbarengan memasuki aliansi, dengan Presiden Finlandia Kamis ini berkunjung ke Turki.
"Tidak tertutup kemungkinan Swedia dan Finlandia akan meratifikasi dengan langkah yang berbeda," kata Ulf Kristersson dalam sebuah konferensi pers, menurut lembaga penyiaran publik SVT, seperti dilansir dari Politico 16 Maret.
Pada Hari Rabu, Swedia Ulf Kristersson mengatakan Swedia siap menghadapi kenyataan mungkin tidak akan diterima menjadi anggota secepat Finlandia.
PM Kristersson mengungkapkan, harapannya adalah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan akan mencabut hak vetonya setelah pemilihan umum di Turki pada Bulan Mei.
Hal ini terjadi ketika Presiden Erdogan mengisyaratkan Turki hampir menyetujui permohonan dari Finlandia, sementara Presidennya Sauli Niinisto akan tiba di Ankara hari ini.
"Kami akan bertemu dengan Presiden (Niinisto) dan memenuhi janji yang telah kami buat," kata Presdien Erdogan, mengutip The National News.
PM Kristersson mengatakan, para pejabat Swedia "sama sekali tidak menyembunyikan" mereka "lebih suka diratifikasi bersama-sama". Namun, mereka juga mengakui bahwa Turki memiliki hak untuk meratifikasi Finlandia terlebih dahulu.
"Kami siap menghadapi situasi itu. Tentu saja, kami berharap proses ratifikasi yang cepat setelah pemilihan umum Turki dan kami merasa sangat nyaman dengan semua dukungan yang kami terima dari sekutu NATO lainnya," jelasnya dalam sebuah kunjungan ke Jerman.
Hingga saat ini, tinggal Turki dan Hongaria anggota NATO yang belum meratifikasi permohonan keanggotaan Swedia serta Finlandia. Anggota parlemen Hungaria mulai mempertimbangkan kedua aplikasi tersebut bulan ini. Sementara, parlemen Turki memiliki waktu hingga pertengahan April sebelum membubarkan diri untuk pemilihan umum Bulan Mei.
Sementara itu, Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan, ia berharap kedua negara tersebut akan segera bergabung dengan NATO, menggambarkan aksesi mereka sebagai hal yang penting "untuk keamanan kita".
Dia mengatakan, aplikasi mereka telah bergerak cepat menurut standar historis, terlepas dari penundaan Turki.
Diketahui, Swedia dan Finlandia mengajukan permohonan keanggotaan NATO tahun lalu, menandatangani pakta yang menyetujui untuk mengeraskan sikap mereka terhadap para pembangkang Kurdi dengan imbalan dukungan dari Turki.
Baca juga:
- Jepang Kerahkan Unit Rudal ke Pulau Ishigaki Okinawa untuk Antisipasi Ancaman China
- Kasus Infeksi Terus Menurun dan Tidak Ada Varian Baru, Korsel Cabut Aturan Masker di Transportasi Umum Mulai Senin
- IAEA Sebut 2,5 Ton Uranium Hilang di Libya, Timbulkan Risiko Radiologis dan Masalah Keamanan Nuklir
- Jenderal Tertinggi AS Sebut Sulit Temukan Drone Militernya yang Jatuh ke Laut Hitam, Rusia Bertekad Mencari: Ada Informasi Penting?
Namun, keberatan Ankara yang terus berlanjut telah menghambat proses tersebut, terutama ditujukan kepada Swedia, terlebih setelah pembakaran sebuah salinan Al-Qur'an di luar kedutaan besar Turki di Stockholm.
Pada konferensi pers Hari Senin, PM Kristersson menyatakan keyakinannya, Swedia masih dapat bergabung dengan aliansi militer tersebut di kemudian hari.
"Ini bukan tentang apakah Swedia akan menjadi anggota NATO, tetapi tentang kapan Swedia akan menjadi anggota NATO," tandasnya.