Kenapa Masih Banyak Orang Gunakan Kendaraan Pribadi Meski Jakarta Macet? Ini Penjelasan Dishub

JAKARTA - Tingkat kemacetan di Ibu Kota kembali meningkat setelah beberapa tahun belakangan sempat membaik karena pembatasan kegiatan selama pandemi COVID-19. Penyebab utamanya karena masih banyak masyarakat yang bermobilisasi menggunakan kendaraan pribadi.

Kepala Pusat Datan dan Informasi Dinas Perhubungan DKI Jakarta Anton Parura mengungkap kajiannya soal penyebab masyarakat masih enggan menggunakan transportasi umum dan lebih memilih berkendara sendiri.

Kendaraan paling banyak digunakan masyarakat di Jakarta adalah sepeda motor, disusul oleh mobil. Menurut Anton, kendaraan tersebut lebih dipilih karena praktis.

"Kenapa orang memilih kendaraan pribadi? Kami melihat, motor itu termasuk kendaraan yang door to door. Dari rumah motornya dinyalakan, dikendarai, langsung sampai ke depan kantor," kata Anton kepada wartawan, Rabu, 1 Maret.

Sementara, pada angkutan umum, masyarakat masih harus berjalan kaki menuju rute-rute yang dilalui kendaraan publik tersebut. Kondisi ini yang dirasa merepotkan dan membutuhkan tenaga lebih banyak.

"Jadi, ada missing link di sini. Semisal, saya mau naik MRT, kan tidak tiba-tiba keluar rumah langsung sampai di stasiun tapi bagaimana perjalanan menuju MRT. Di situ yang masih ada missing link-nya," ungkap Anton.

Faktor kedua adalah jalur pejalan kaki yang belum sepenuhnya memadai. Dalam survei yang dilakukan Dinas Perhubungan DKI, rata-rata masyarakat masing berkenan untuk berjalan kaki sampai 300 meter.

Namun, karena jalur pedestrian yang dilalui tidak nyaman, mereka lebih memilih naik kendaraan lain seperti ojek. Namun, hal ini membuat biaya perjalanan lebih besar dan waktu tempuh yang lebih lama. "Di sini yang menjadi kendala pengguna kendaraan pribadi menaiki angkutan umum," ucap Anton.

"Nah, kalau naik sepeda motor kan gampang banget menuju tujuan. Dia bisa memotong rute, kemudian waktu tempuhnya lebih singkat kalau naik motor walaupun keamanan tidak terjamin," lanjutnya.