Jakarta Kini Peringkat 29 Kota Termacet Dunia, Waktu Tempuh Lebih Lama Dibanding 2021

JAKARTA - Perusahaan perangkat GPS, Tomtom, merilis hasil survei kemacetan sejumlah kota di dunia per tahun 2022. Hasilnya, kemacetan di Jakarta meningkat dari tahun sebelumnya.

Dilihat dari laman resminya, pemaparan data Tomtom Traffic Index menyebutkan saat ini Jakarta berada pada peringkat 29 dari total 389 kota di 56 negara di dunia pada tahun 2022. Sementara, pada tahun 2021, Jakarta berada pada peringkat 46 sebagai kota termacet di dunia.

Tomton mengungkapkan, rata-rata waktu tempuh untuk perjalanan per 10 kilometer di Jakarta pada tahun 2022 mencapai 22 menit 40 detik.

"Waktu tempuh meningkat di Jakarta tahun lalu. Data tersebut menunjukkan bahwa waktu rata-rata yang diperlukan untuk menempuh jarak 10 kilometer bertambah 2 menit 50 detik," tulis keterangan TomTom, dikutip pada Rabu, 22 Februari.

Sepanjang 2022, hari terburuk untuk bepergian di Jakarta terjadi pada Jumat, 9 Desember lalu. Saat itu, rata-rata waktu tempuh untuk berkendara per 10 kilometer mencapai 29 menit 30 detik.

Sementara, kota termacet di dunia pada tahun 2022 menurut survei TomTom adalah London, Inggris dengan rata-rata waktu perjalanan per 10 kilometer selama 36 menit 20 detik. Disusul oleh Bengaluru, India dengan rata-rata waktu perjalanan per 10 kilometer selama 29 menit 10 detik, kemudian Dublin, Irlandia dengan rata-rata waktu perjalanan per 10 kilometer selama 28 menit 30 detik.

Secara umum, TomTom menyebutkan kondisi lalu lintas kota di dunia sudah kembali sibuk setelah sebelumnya melandai karena pembatasan aktivitas akibat pandemi COVID-19.

"Sepanjang pandemi, kami mengamati jam sibuk berlalu lintas menjadi sebuah kenangan. Sayangnya, kondisi itu (jam sibuk) sepertinya sudah kembali," tulisnya.

Metodologi pengukuran indeks kemacetan berdasarkan data kendaraan bergerak (floating car data/FCD) yang pada 2022, lembaga itu menggunakan pengukuran berdasarkan waktu tempuh perjalanan per 10 kilometer.

Menurut TomTom, waktu tempuh yang dihasilkan di kota-kota di dunia itu muncul karena sejumlah faktor di antaranya kondisi infrastruktur jalan raya misalnya kategori jalan, kapasitas jalan hingga batas kecepatan.