Korban Gempa Turki dan Suriah Bertambah dengan Cepat, Suhu yang Dingin Semakin Merepotkan
JAKARTA - Dalam sebuah bencana apalagi yang besar, jumlah korban memang bisa berubah dalam hitungan detik. Begitu juga dengan bencana gempa super kuat yang terjadi di Turki dan Suriah.
Data dari BBC, Selasa 7 Februari, korban tewas dilaporkan naik menjadi 4.372 jiwa. Angka itu telah dikonfirmasi setidaknya hingga berita ini diturunkan.
Korban di Turki naik menjadi 2.921 jiwa pada Selasa pagi, menurut Yunus Sezer, kepala layanan bencana Turki. Sebanyak 15.834 cedera telah dilaporkan.
Di Suriah, 1.451 kematian dan 3.531 luka-luka telah dilaporkan oleh para pejabat.
Baca juga:
- Pembangunan PLTN Akkuyu Kerja Sama Turki-Rusia Tidak Terimbas Gempa Bumi
- 2.316 Warga Turki Tewas Akibat Gempa Bumi, Presiden Erdogan Umumkan Tujuh Hari Berkabung Nasional
- Gempa Turki Masih Mengguncang, Gempa Susulan Terjadi Puluhan Kali
- Korban Tewas Gempa Turki Tembus 3.700 Jiwa, Presiden Erdogan Sebut Terburuk Sejak Tahun 1939
Masalah baru muncul. Bukan hanya persoalan evakuasi korban dari bangunan-bangunan yang runtuh.
Cuaca musim dingin yang membekukan menambah penderitaan ribuan orang yang terluka atau kehilangan tempat tinggal dan menghambat upaya untuk menemukan korban selamat.
Gempa berkekuatan 7,8 SR meruntuhkan seluruh blok apartemen di kota-kota Turki dan menumpuk lebih banyak kehancuran pada jutaan warga Suriah yang terlantar akibat perang bertahun-tahun.
Itu melanda sebelum matahari terbit dalam cuaca buruk dan diikuti pada sore hari oleh gempa besar lainnya.
Di Diyarbakir di tenggara Turki, seorang wanita berbicara di samping reruntuhan blok tujuh lantai tempat dia tinggal berkata: "Kami terguncang seperti buaian. Kami sembilan di rumah. Dua putra saya masih di reruntuhan, Aku sedang menunggu mereka."
"Itu seperti kiamat," kata Abdul Salam al-Mahmoud, seorang Suriah di kota utara Atareb.
"Dingin sekali dan ada hujan lebat, dan orang-orang perlu diselamatkan."