BI Catat Kebutuhan Uang Tunai di NTT Selama Natal-Tahun Baru Tembus Rp1,86 triliun
KUPANG - Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia (BI) NTT melaporkan realisasi kebutuhan uang tunai di NTT selama Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 mencapai Rp1,86 triliun, di bawah proyeksi perbankan sebesar Rp2,1 triliun.
"Data kebutuhan uang tunai tersebut merupakan outflow uang kartal dari BI yang ditarik oleh perbankan di NTT untuk memenuhi permintaan nasabah dan mencukupi tingkat keterisian ATM selama masa libur Natal dan Tahun Baru," kata Kepala Perwakilan BI NTT Donny H Heatubun dikutip dari Antara, Selasa, 17 Januari.
Berdasarkan wilayah, lanjutnya, penarikan uang yang dilakukan di Kota Kupang mencapai Rp814 miliar (43,71 persen), Pulau Flores mencapai Rp342 miliar, di Pulau Sumba sebesar Rp292 miliar, di area Alor dan Lembata sebesar Rp134 miliar, dan di perbatasan Atambua sebesar Rp127 miliar.
Untuk memastikan kebutuhan uang tunai di masyarakat dapat terpenuhi, pihaknya antara lain melakukan koordinasi dengan perbankan di NTT berupa penyediaan uang tunai yang memadai sebesar Rp3,85 triliun sepanjang akhir tahun 2022.
Kemudian memperbanyak titik penukaran uang tunai baik melalui kas keliling maupun kas perbankan sebanyak 101 lokasi, bertambah 8 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Di samping itu juga melakukan penukaran uang pecahan kecil dengan menggunakan mobil kas keliling BI, serta memastikan kehandalan ATM.
"Yang terakhir terus mendorong masyarakat untuk menggunakan transaksi pembayaran secara non-tunai, antara lain QRIS, uang elektronik, BI-FAST, dan digital banking, yang dapat meminimalisir kontak fisik dalam bertransaksi," ujar dia.
Meskipun demikian, kata dia, jika dibandingkan dengan realisasi pada Desember 2021 yang mencapai Rp2,34 triliun, terjadi penurunanpada Desember tahun 2022 sebesar 21,1 persen.
Baca juga:
Hal ini diperkirakan karena beberapa faktor diantaranyatingkat konsumsi rumah tangga yang melemah, anggaran fiskal yang menurun, dan inflasi yang tinggi.
Total anggaran belanja pemerintah di NTT (APBN & APBD) pada tahun 2022 disediakan sebesar Rp49,15 triliun, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp51,38 triliun, atau turun 4,34 persen (yoy).
Kemudian inflasi pada akhir tahun 2022 mencapai 6,65 persen (yoy), sementara pada akhir tahun 2021 hanya sebesar 1,67 persen (yoy).