Yeti Airlines Kecelakaan, Mengapa Pesawat Sering Jatuh di Nepal?

YOGYAKARTA – Insiden jatuhnya pesawat Yeti Airlines yang membawa 72 penumpang di Pokhara, Nepal pada Minggu, 15 Januari 2023 menambah cacatan buruk dunia penerbangan di Negara tersebut. Menurut laporan Channel News Asia, setidaknya ada 10 kecelakaan pesawat di Nepal dalam satu dekade terakhir. Lantas, mengapa pesawat sering jatuh di Nepal?

Alasan Mengapa Pesawat Sering Jatuh di Nepal

Nepal disebut sebagai salah satu wilayah dengan risiko tinggi untuk terbang bagi pesawat kerena memiliki beberapa landasan pacu paling terpencil dan rumit di dunia. Kondisi ini diperparah dengan cuaca buruk, visibilitas rendah dan topografi pegunungan.

Menurut laporan Otoritas Penerbangan Sipil Nepal pada 2019, Nepal memiliki topografi yang esktrem dan menjadi tantangan luar biasa yang dihadapi pilot.

"Keragaman pola cuaca bersama dengan topografi yang ekstrem merupakan tantangan utama di sektor operasional pesawat terbang di Nepal," demikian ditulis laporan tersebut, menyadur CNN, Selasa, 17 Januari 2023.

Nepal sendiri adalah rumah bagi 8 dari 14 gunung tertinggi di dunia, termasuk Gunung Everest. Lanskap tersebut membuat navigasi udara menjadi sangat sulit, terutama saat cuaca buruk.

Situasi ini semakin pelik karena penerbangan di sana hanya bisa dilakukan dengan pesawat kecil yang mampu mencapai lokasi terpencil dan bergunung-gunung.

Berdasarkan laporan Otoritas Penerbangan Sipil, pesawat bernumpang 19 orang lebih berisiko mengalami kecelakaan.

Ilustrasi Yetti Airlines jatuh di Nepal (Twitter-@ANI Nepal Army)

Bandar Udara Internasional Tribhuvan di Kathmandu merupakan pusat transit utama di Nepal. Dari sana, banyak pesawat-pesawat kecil berangkat.

Selanjutnya, bandara di Kota Lukla, di timur laut Nepal, kerap disebut sebagai bandara paling berbahaya di dunia. Posisinya yang di atas gunung juga membuat angin bertiup lebih kencang dan awan lebih pekat, dua hal yang mengganggu faktor visibilitas dalam penerbangan.

Selain itu Bandara Lukla juga memiliki landasan pacu yang pendek dan ekstrem. Landasan pacu bandara ini terletak di sisi tebing di antara gunung-gunung. Bagian ujungnya bahkan langsung berbatasan dengan jurang.

Selain topografi yang ekstrem, risiko penerbangan di Nepal semakin besar ketika investasi untuk perawatan pesawat tua juga kurang.

Pada tahun 2015, Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (International Civil Aviation Organization/ICAO), sebuah badan Perserikatan Bangsa-Bangsa, memprioritaskan Nepal dalam program bantuan implementasi keselamatan penerbangan (Aviation Safety Implementation Assistance Partnership).

Dua tahun kemudian, ICAO dan Nepal mengumumkan kemitraan untuk mengatasi masalah keamanan.

Kendati Nepal telah meningkatkan standar keselamatan penerbangan dalam beberapa tahun terkahir, risiko pesawat jatuh masih saja besar. Hal ini dibuktikan dengan sejumlah insiden pesawat jatuh setelahnya.

Pada Mei 2022, pesawat Tara Air jenis twin otter yang sedang melakukan perjalanan dari Pokhara ke Jomson jatuh di bukit Lete, Nepal. Tragedi tersebut menewaskan 22 orang.

Selanjutnya, pada Maret 2018, terjadi juga kecelakaan ketika pesawat Bangla Airlines hendak mendarat di Bandara Kathmandu. Saat itu, 51 penumpang dikabarkan tewas.

Terbaru, pesawat Yeti Airlines berjenis ATR 72 jatuh dalam penerbangan dari Kathmandu menuju Pokhara. Pesawat ini mengangkut 72 orang dan tak ada satupun penumpang yang selamat.

Dengan informasi tentang mengapa pesawat sering jatuh di Nepal. Update perkembangan situasi terkini hanya di VOI.id.