4 Fungsi Ekologis Hutan Mangrove: Pelindung Wilayah Pesisir hingga Penyelamat Perubahan Iklim
YOGYAKARTA – Hutan mangrove alias hutan bakau yang banyak dijumpai di daerah pesisir pantai hingga rawa ternyata memiliki banyak manfaat untuk lingkungan. Dalam ekosistem pesisir, mangrove berperan sebagai produsen yang disukai oleh ikan-ikan kecil, kerang, dan kepiting. Selain itu, apa saja fungsi ekologis hutan mangrove?
Fungsi Ekologis Hutan Mangrove
Dihimpun VOI dari berbagai sumber, Kamis 29 Desember 2022, berikut beberapa fungsi ekologis hutan mangrove:
1. Melidungi Pantai dari Abrasi
Disadur dari laman Direktorat Jenderal Pengendalian dan Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Ditjen PPI KLHK), mangrove merupakan tumbuhan yang memiliki akar kokoh, sehingga dapat meredam gelombang, badai, dan tsunami.
Akar yang kokoh juga membuat Mangrove berfungsi sebagai pelindung abrasi, penahan lumpur dan penangkap sedimen. Hal ini membuat hutan Mangrove menjadi ekosistem utama pendukung kehidupan penting di wilayah pesisir dan kelautan.
2. Menjaga Keberlangsungan Ketersediaan Sumber Makanan
Seperti yang sudah disinggung di atas, mangrove dapat berperan sebagai produsen yang disukai oleh ikan-ikan kecil, kerang, dan kepiting. Banyak hewan yang menggantungkan hidup dengan memakan bagian tanaman mangrove untuk keberlangsungan hidup.
Keberadaan mangrove yang sehat menjadi berkah bagi masyarakat pesisir karena mereka bisa memanen ikan, kerang, dan kepiting. Ketika cuaca buruk yang membuat mereka tidak bisa melaut, maka hutan mangrove menjadi saranan mewujudkan ketahanan pangan.
Selain menyediakan sumber protein, mangrove juga bisa mencukupi kebutuhan vitamin dan mineral melalui aneka produk olahan mangrove yang bisa dijadikan sirup, dodol, keripik, kopi, hingga produk perawatan kulit.
"Perlindungan dan restorasi mangrove tidak hanya meningkatkan ketersediaan sumber daya perikanan, namun juga memperbaiki kualitas perairan pesisir, serta meningkatkan ketersediaan sumber mata pencaharian alternatif, seperti ekowisata yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat," kata Dirjen Pengelolaan Hutan Lestari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Agus Justianto, mengutip Antara.
3. Penyelamat Perubahan Iklim
Melansir VOI, hutan mangrove memiliki potensi karbon biru atau blue carbon yang cukup tinggi meliputi biomassa pada permukaan dan sedimen mangrove maupun biomassa di bawah permukaan.
Karbon biru berpotensi menurunkan emisi gas rumah kaca yang secara jelas telah dinyatakan dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC).
Asal tau saja, Karbon biru adalah karbon yang diserap dan disimpan oleh laut dan ekosistem pesisir. Biomassa berupa daun, batang, dan akar, serta sedimen mangrove dan padang lamun mampu menyimpan karbon empat sampai lima kali lebih besar dari hutan daratan.
4. Menjadi Destinasi Wisata
Keberadaan hutan bakau juga bisa menjadi destinasi wisata bermanfaat sebagai tempat kegiatan wisata alam (rekreasi, pendidikan dan penelitian). Kekayaan sumberdaya alam mangrove berupa formasi vegetasi yang unik, satwa serta asosiasi yang ada di dalam ekosistem mangrove memiliki potensi yang dapat dijual sebagai obyek wisata, khususnya ekowisata yang menawarkan konsep pendidikan dan konservasi.
Ekowisata menjadi salah satu pilihan dalam mempromosikan lingkungan yang khas dan terjaga keasliannya sekaligus menjadi suatu kawasan kunjungan wisata.
Demikian informasi seputar fungsi ekologis hutan mangrove. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), luas lahan mangrove di Indonesia mencapai 3,36 juta hektare (ha) pada 2021. Dari jumlah tersebut, lahan mangrove paling luas terdapat di Maluku dan Papua, yakni 1,79 juta ha.