Eksklusif Staf Khusus Ketua BPIP Antonius Benny Susetyo: Natal Adalah Perayaan Pembaruan Hidup Manusia  

Perayaan Natal adalah perayaan pembaruan hidup manusia. Menurut Romo  Antonius Benny Susetyo yang juga Staf Khusus Ketua BPIP perayaan Natal bukan sekadar rutinitas. Natal itu merayakan kelahiran Sang Juru Selamat, maka Natal itu dimensinya perubahan perilaku hidup manusia. Artinya dalam Natal itu ada kelahiran baru. Manusia lebih disiplin, bertanggungjawab, dan peduli pada sesama, itulah inti dari Natal.   

***

Romo Antonius Benny Susetyo menegaskan bawah dalam Natal manusia dibebaskan dari dosa asal. “Jadi Natal itu bukan sekadar ritual, dalam Natal manusia dibebaskan dari dosa asal, dosa Adam dan Hawa. Lahirnya penyelamat dunia itu maka manusia menjadi individu yang baru yang memiliki belas kasih, sabar dan memiliki hati pada orang yang lemah,” katanya.

Secara simbolik, lanjut Romo Benny, Natal adalah bentuk kehadiran Tuhan yang berpihak kepada orang kecil. “Natal itu identik dengan Tuhan yang hadir di tengah manusia dalam kehidupan yang sederhana di tengah kandang domba, itu menunjukkan Allah berpihak pada mereka yang kecil,” lanjutnya.

Tahun 2022 ini peringatan Natal yang terjadi di seluruh pelosok negeri berlangsung hikmad dan lancar. Petugas keamanan yang sudah bersiaga dibantu dengan kumpulan masyarakat sipil seperti Banser dan Gerakan Pramuka sudah menjalankan tugasnya dengan baik.

Yang lebih penting setelah peringatan Natal, kata Romo Benny adalah implementasi dalam kehidupan sehari-hari. “Natal itu membuat manusia memiliki kerendahan hati seperti Tuhan. Intisari yang terbesar dari Natal  adalah penebusan manusia dari manusia yang lama menjadi manusia yang baru,” kata Antonius Benny Susetyo kepada Edy Suherli dan Rifai dari VOI yang menemuinya di Hotel Manhattan, Setia Budi, Jakarta Selatan, baru-baru ini. Selain soal Natal ia juga bicara tentang bagaimana bangsa Indonesia melewati tahun 2022, prediksi tahun 2023 dan soal perdamaian dunia yang tak kunjung terwujud. Inilah petikan selengkapnya.

Natal menurut Romo Antonius Benny Susetyo itu ada kelahiran baru. Manusia lebih disiplin, bertanggungjawab, dan peduli pada sesama, itulah inti dari Natal.  (Foto: Bunga Ramadani, DI: Raga VOI)

Bagaimana memaknai Natal, yang setiap tahun disambut dan diperingati umat, agar tidak sekadar ritual yang rutin?

Natal itu merayakan kelahiran Sang Juru Selamat, maka Natal itu dimensinya perubahan perilaku hidup manusia. Artinya dalam Natal itu ada kelahiran baru. Manusia lebih disiplin, bertanggungjawab, dan peduli pada sesama, itulah inti dari Natal. Jadi Natal itu bukan sekadar ritual, dalam Natal manusia dibebaskan dari dosa asal, dosa Adam dan Hawa. Lahirnya penyelamat dunia itu maka manusia menjadi individu yang baru yang memiliki belas kasih, sabar dan memiliki hati pada orang yang lemah. Natal itu identik dengan Tuhan yang hadir di tengah manusia dalam kehidupan yang sederhana di tengah para gembala, itu menunjukkan Allah berpihak pada mereka yang kecil.

Maka Natal adalah perayaan pembaruan hidup manusia yang memiliki komitmen pada dimensi kemanusiaan. Kelahiran Tuhan itu bukan di gedung yang mewah, tapi dalam kandang domba yang sederhana. Artinya Tuhan menyapa manusia yang hina dina dan kemudian manusia menjadi individu yang mulia.

Jadi semangat Natal itu terimplementasi dalam kehidupan sehari-hari?

Ya, Natal itu membuat manusia memiliki kerendahan hati seperti Tuhan sendiri. Intisari yang terbesar dari Natal  adalah penebusan manusia dari manusia  yang lama menjadi manusia yang baru.

Natal harus menjadi berkat dan damai untuk semua manusia, agar hal ini bisa direalisasikan apa yang harus dilakukan?

Damai itu kondisi di mana manusia bisa menerima dan mau hidup dalam realita. Damai itu orang yang tidak memiliki dendam, tidak memiliki rasa dia superior. Damai itu orang yang bisa menyukuri hidupnya. Damai itu orang yang terbebas dari tekanan, pengalaman traumatik masa lalu. Manusia bisa menikmati hidup dengan  apa yang sudah diberikan oleh Tuhan. Manusia yang tidak berkeluh-kesah itu adalah damai. Orang yang bisa bersyukur, itu adalah damai. Mensyukuri anugerah Tuhan dan itu dirayakan sebagai anugerah hidup.

Di berbagai belahan dunia masih ada perang dan orang yang saling membunuh, agar mereka bisa damai apa yang harus dilakukan?

Damai itu akan terwujud ketika seseorang tidak membawa penderitaan bagi orang lain. Kalau masih ada peperangan dan saling membunuh itu belum damai. Damai itu saat manusia menghentikan kekerasan, tidak lagi menggunakan alat perang untuk membunuh sesama manusia. Damai itu tercipta saat orang tidak merasa terancam. Damai itu lebih kepada sikap manusia yang ingin membangun budaya kasih, dan pengampunan.

Pasca Natal, mestinya kata Romo Benny Susetyo membuat manusia memiliki kerendahan hati seperti Tuhan. Intisari yang terbesar dari Natal  adalah penebusan manusia dari manusia yang lama menjadi manusia yang baru. (Foto: Bunga Ramadani, DI: Raga VOI)

Beberapa kali Paus Fransiskus menyerukan kepada pemimpin Rusia dan Ukraina untuk berdamai, namun belum diindahkan, bagaimana menurut Anda?

Paus Fransiskus selalu mendorong berbagai pihak untuk berdamai dengan menuju ke meja perundingan. Soalnya perang itu bukan hanya menyengsarakan kedua belah pihak yang bertikai, namun seluruh dunia kena imbasnya. Ada krisis pangan, krisis finansial, dan itu berdampak bagi dunia, maka perang itu menghancurkan kemanusiaan. Karena itu Paus menyerukan kepada mereka yang bertikai untuk berdialog, dengan adanya dialog akan ada konsensus dan titik temu. Jadi perang itu harus diakhiri. Dalam ajang G20 tempo hari Pak Jokowi juga menekankan hal itu. Bahwa perang harus diakhiri, karena hanya dengan cara itu krisis dunia bisa dicegah.

Sebelum G20 Presiden Jokowi sudah menyambangi Presiden Zelensky dan Presiden Vladimir Putin, kenyataannya mereka tetap saling serang?

Semua pihak sudah menyerukan dan menekan Rusia dan Ukraina untuk mengakhiri perang. Namun kedua pihak belum mau menuju titik kompromi. Kompromi itu tercipta saat kedua pihak mau duduk di meja perundingan. Semua negara sudah menyerukan namun sampai sekarang belum berhasil. Ini kembali kepada Presiden Ukraina dan Presiden Rusia, mau tidak menurunkan egonya. Selama mereka masih mempertahankan ambisinya tidak akan ketemu. Mereka harus memikirkan kepentingan seluruh umat manusia yang terdampak perang.

Kita akan mengakhiri 2022, bagaimana evaluasi Anda untuk tahun ini?

Selama 2022 ini bangsa Indonesia mampu mengatasi keadaan. Krisis COVID-19 bisa kita atasi, ekonomi kita juga tumbuh. Situasi perpolitikan kita masih kondusif. Namun yang tidak bisa dicegah adalah bencana alam yang terus terjadi. Itu yang menjadi  keprihatinan kita semua. Di sisi lain yang kita lihat solidaritas kemanusiaan kita luar biasa.

Di lain pihak memang ada orang yang tidak bertanggungjawab, namun masalah itu tidak membesar, artinya ketika terjadi kasus politik identitas itu tidak memengaruhi nilai kemanusiaan. Jadi politik kita stabil dan ekonomi juga tumbuh, ini yang harus kita syukuri.  Kita mampu mengatasi keadaan. Sampai saat ini kita tak kekurangan pangan. Kita mampu mengatasi mereka yang terdampak COVID-19, semua ditangani dengan biaya negara. Itu luar biasa. Di negara lain rakyat harus menanggung sendiri ketika terkena COVID-19.

Untuk tahun 2023 apa yang perlu diperhatikan agar kita bisa bertumbuh dan sinyal para ekonom akan terjadi resesi bisa dilewati?

Yang prioritas adalah krisis pangan. Maka bagaimana agar beras itu bisa tersedia dengan harga terjangkau. Kalau kebutuhan pokok bisa dipenuhi, inflasi bisa ditekan, kita akan akan melewati ini dengan baik. Soal pertumbuhan ekonomi tergantung pada ekonomi global, kalau tidak membaik akan berdampak pada kita. Seperti kata Pak Jokowi kita harus mempersiapkan semua menghadapi krisis ini. Selain soal pangan kita juga harus memprioritaskan produk dalam negeri, sehingga kita tidak tergantung pada luar negeri. Dampaknya akan semakin berat kalau kita tergantung pada luar negeri.

Seperti harapan Pak Jokowi, kita jangan hanya mengekspor bahan mentah tapi harus setengah jadi atau jadi. Kalau tidak ada yang istimewa sekali dengan pondasi ekonomi yang bagus di tahun 2023 kita akan tetap tumbuh. Kalau situasi politik dan ekonomi ini bisa terjaga krisis bisa kita atasi.

 

Tahun 2023 ini tensi politik akan memanas karena 14 Februari 2024 akan digelar pemilu, apakah hal ini tidak krusial?

Memang tensi politik memanas, tapi masih bisa dikendalikan. Kuncinya ada pada TNI dan Polri, selama mereka bersatu dan netral kita akan aman. Jadi dua hal pokok ini yang menjaga instrumen kita.  TNI dan Polri punya ikatan batin, di mana mereka ini menjaga kerja sama yang harmonis, tidak perlu dikhawatirkan. Kalau ada politik identitas tidak akan menjadikan pembelahan. Kita bersyukur punya TNI dan Polri yang tidak berpolitik praktis dan menjaga netralitas mereka.

Pengamanan Natal dan Tahun Baru tak hanya dilakukan polisi tapi juga masyarakat sipil, bagaimana Anda mengamati hal ini?

Kita bersyukur soal keamanan ini tidak hanya dibebankan kepada polisi tapi ada juga masyarakat sipil seperti Banser, Pramuka yang ikut terlibat. Natal tidak hanya disambut dan dirayakan mereka yang merayakan,  namun bagi semua umat. Semoga damai kita selalu damai tanpa ada lagi kekhawatiran akan ada bom atau sejenisnya. Publik tidak perlu takut lagi, polisi dan TNI sudah belajar dari pengalaman, negara hadir menjaga situasi dan kondisi.

Indonesia sejak dulu adalah bangsa majemuk, bagaimana menjadikan ini sebagai potensi?

Nenek moyang kita memang bangsa yang majemuk. Di daerah Mojokerto ada petilasan yang yang digunakan bersama antara umat Hindu dan Budha. Kalau di India mereka bertengkar di Indonesia sebaliknya. Kita punya semboyan bhinneka tunggal ika, dalam sejarahnya nenek moyang kita memang plural namun bisa hidup berdampingan. Keragaman ini bisa menjadi nilai lebih dan kalau dikembangkan bisa menjadi potensi.

Karena keragaman itu pula dalam satu keluarga kadang afiliasi politiknya juga ke berbagai partai, agar tidak menjadi benih perpecahan apa yang perlu dilakukan?

Bangsa ini sudah berpengalaman menjalankan pemilihan langsung. Meski berbeda tidak ada konflik berdarah. Tensi politik panas dan tegang iya. Setelah selesai semua kembali ke kesibukan masing-masing. Bangsa ini sudah dewasa dalam berpolitik. Saya yakin keadaan ini akan dilalui dengan baik. Pak Jokowi dan Prabowo saja bersatu dalam satu kabinet usai pemilu.

Apa yang bisa lakukan untuk meminimalisir provokasi?

KPU dan Bawaslu harus tertibkan tim parpol sukses saat bermain di media sosial. Politisasi SARA tidak dibenarkan. Tiap parpol harus mengumumkan berapa akun yang mereka gunakan untuk media sosial supaya bertanggungjawab. Harus ada regulasi yang tegas agar mereka bisa diawasi. Buzzer boleh saja namun tugas mereka menjelaskan visi dan misi partainya, bukan memprovokasi. Pertarungan dalam politik gagasan bukan dalam personalisasi. Tidak boleh mengejek lawan politik, menghina suku dan agama dan sebagainya. Kalau itu terjadi di medsos akan memberikan pendidikan politik. Bukan menjadi pemicu perpecahan di masyarakat.

Romo Antonius Benny Susetyo dan Kecintaan pada Kopi Nusantara

Romo Benny Susetyo menyukai aneka kopi dari berbagai daerah di Nusantara . (Foto: Bunga Ramadani, DI: Raga VOI)

 

Setiap daerah di Indonesia punya kopi dengan cita rasanya khas.  Romo Antonius Benny Susetyo merasakan hal itu, karena dia mencicipi kopi saat melakoni tugasnya menyambagi berbagai daerah sebagai Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP (Badan Pembinaan Idiologi Pancasila) ke pelosok Nusantara. “Cita rasa kopi itu berbeda setiap daerah. Dan itu menjadi ciri khas masing-masing daerah,” kata pria kelahiran Malang, 10 Oktober 1968 ini.

Sebelum bertugas di BPIP Benny dikenal sebagai seorang pastor. Melansir laman Trinitas.or.id, Romo Benny begitu ia biasa disapa, ditahbiskan sebagai pastor pada tahun 1996. Setelah itu ia ditugaskan di Keuskupan Situbondo dan Bondowoso.

Tak berhenti sebagai pastor ia juga banyak menulis opini untuk beragam media cetak yang terbit di Jakarta. Beragam buku juga telah ia terbitkan antara lain: Melangkah dari Reruntuhan, Tragedi Situbondo (Grasindo, 1998 –kontributor)  Indonesia di Persimpangan Jalan (kontributor, 1999). Selanjutnya ia menulis buku: Hancurnya Etika Politik (Kompas, 2004) Bimbingan Rohani Calon Pemimpin, Panduan bagi Pembimbing Rohani dalam Pembinaan Kaderisasi (Dioma, 2004), Politik Pendidikan Penguasa (LKiS, 2005), Teologi Ekonomi (Averroes Press, 2006), Politik, Agama dan Kekuasaan (Averroes Press, 2007), dan masih ada banyak lagi.

Bertugas sebagai Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP membuat Benny sering menyambangi berbagai tempat di Indonesia sebagai utusan BPIP. Yang menarik kata Benny, ia bisa menikmati berbagai kuliner di daerah yang ia datangi. “Hampir seluruh wilayah Indonesia sudah saya sambangi. Kalau ke daerah yang saya cari salah satunya kopi. Soalnya saya memang suka minum kopi,” lanjut alumnus Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi (STFT) Widya Sasana Malang.

Mengatur pla makan dengan menjaga asupan bahan makanan berbahan gula  dilakukan Romo Benny Susetyo. (Foto: Bunga Ramadani, DI: Raga VOI)

“Di Aceh saya bisa menikmati kopi di kedai-kedai yang ada di sana. Di sana ramai sekali orang datang untuk menikmati kopi dan hidangan lainnya. Kopi Aceh itu strong dari segi rasa. Saya lihat mereka bisa menbicarakan apa saja di kedai kopi dari urusan politik sampai olahraga,” kata Benny yang menikmati kopi tanpa gula.

Di antara beberapa jenis kopi Aceh, Romo Benny suka dengan kopi dari Gayo. “Kopi itu akan enak sekali kalau dicampur dengan kental manis. Namun karena saya ini penderita diabetes, saya ganti dengan susu segar,” lanjut pria yang menyelesaikan Doktor Komunikasi Politik Universitas Sahid Jakarta (2022).

Di Jawa, Benny suka dengan kopi Temanggung dan Malang (Kepanjen). Sedangkan di Bali kopi Kintamani yang ia cicipi. “Kopi Indonesia itu variatif sekali, tiap daerah punya kekhasan masing-masing. Kopi Bali menurut saya lebih soft rasanya sedangkan kopi Aceh lebih strong rasanya,” terangnya.

Saat bertugas ke daerah usai tugas utama yang pertama yang dicari Benny adalah kopi, baru kuliner yang lain. “Karena saya adalah pecinta kopi. Kalau ke daerah yang pertama dicari adalah kopi daerah tersebut,” lanjutnya.

Olahraga

Olahraga dilakukan Romo Benny Susetyo untuk menjaga kebugaran tubuh. (Foto: Bunga Ramadani, DI: Raga VOI)

Untuk menjaga kebugaran tubuh Benny melakoni olahraga bulu tangkis bersama rekan-rekannya dari Setara Institute. “Saya biasanya bermain bulu tangkis dengan Hendardi, Coki, dan mantan pemain nasional Candra Wijaya.  Kami mainnya di lapangan bulu tangkis PBSI Senayan, lapangan Kementerian Kehutanan, dan lapangan Kemenpora,” katanya.

Namun setelah dia melakoni operasi prostat beberapa waktu yang lalu,  dia sempat berhenti main bulu tangkis. “Gantinya olahraga jalan saja yang saya lakoni, yang penting bergerak dan bisa mengeluarkan keringat,” lanjutnya.

Karena mengidap diabetes, untuk urusan makanan Benny harus menjaga asupan makanan. “Saya tidak bisa sembarangan makan makanan yang berkadar gula tinggi. Asupan nasi juga dikurangi dan diganti dengan karbohidrat yang tak banyak mengandung gula,” kata Benny yang memperbanyak asupan protein seperti telur dan daging.

Pokoknya tukas Benny, harus jaga mulut dari asupan makanan yang mengandung banyak gula. “Selain itu yang saya lakukan adalah berpikiran positif,” katanya.

>

Dalam menjalani hidup ada tips yang dia lakoni. “Hidup ini harus dinikmati, dinikmati, disyukuri dan dijalani meski sulit. Jakarta macet ya dinikmati saja.   Jangan dijadikan beban karena hidup itu adalah anugerah Tuhan,” kata Antonius Benny Susetyo menyudahi perbincangan.

"Natal itu bukan sekadar ritual, dalam Natal manusia dibebaskan dari dosa asal, dosa Adam dan Hawa. Lahirnya penyelamat dunia itu maka manusia menjadi individu yang baru yang memiliki belas kasih, sabar dan memiliki hati pada orang yang lemah,"

Antonius Benny Susetyo