Tujuh Korban Tenggelamnya Korvet HTMS Sukhothai Thailand Ditemukan, 23 Masih Hilang
JAKARTA - Tujuh prajurit Angkatan Laut Thailand yang menjadi korban tenggelamnya kapal perang jenis korvet HTMS Sukhothai (FSGM-442) di Teluk Thailand dua hari lalu, berhasil ditemukan pada Hari Selasa.
"Tujuh korban ditemukan hari ini. Satu selamat, enam meninggal. Sementara 23 lainnya masih hilang," tulis Angkatan Laut Thailand di Twitter, seperti dikutip 21 Desember.
HTMS Sukhothai tenggelam pada Minggu malam dengan 105 awak di dalamnya, setelah kehilangan tenaga akibat badai.
Angkatan laut mengatakan total 76 anggota awak telah diselamatkan, setelah melakukan pencarian selama dua hari dan pencarian akan terus dilakukan.
Ratusan perwira di empat kapal Angkatan Laut, HTMS Kraburi (FFG-457), HTMS Angthong (LPD-791), HTMS Naresuan (FFG 421) dan HTMS Bhumibol Adulyadej (FFG 471), serta sejumlah helikopter, pesawat dan drone dikerahkan untuk memindai wilayah seluas 50 kilometer persegi, seperti dilansir dari CNA 21 Desember.
"Orang terakhir ditemukan 41 jam sejak kapal tenggelam dan dia masih hidup. Jadi kami yakin masih ada yang hidup di luar sana. Kami akan terus mencari," kata Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Chonlathis Navanugraha, mengutip BBC.
Seorang komandan angkatan laut sebelumnya menilai kru pencari hanya memiliki waktu dua hari untuk menemukan siapa pun yang masih hidup, mengingat waktu yang mereka habiskan di laut.
Beberapa pelaut telah ditemukan, kelelahan dan tidak sadarkan diri dalam beberapa kasus. Tidak semua yang hilang mengenakan rompi pelampung.
"Kami menemukan pria ini memegang pelampung. Dia mengambang di air selama 10 jam," kata Kapten Krapich Korawee-Paparwit dari HTMS Kraburi (FFG-457) kepada Reuters.
Dia menambahkan bahwa pria itu, masih sadar, mengalami luka ringan di kepala dan "mata sakit karena terkena air laut."
Pelaut lain ditemukan di sekoci penyelamat setelah mereka melompat dari kapal yang tenggelam. Gambar dan rekaman yang dibagikan oleh angkatan laut di Twitter menunjukkan para penyintas dibungkus selimut dan dibawa ke rumah sakit.
HTMS Sukhothai, sebuah korvet sepanjang 76m, sedang melakukan patroli rutin hari kedua ketika tenggelam. Angkatan laut mengatakan air membanjiri lambungnya dan kemudian ruang listrik, memutus aliran listrik.
Belum diketahui apa yang menyebabkan kapal tersebut kebanjiran, dan mengapa para pelaut terpaksa terjun ke air.
Angkatan Laut Thailand mengatakan ini adalah pertama kalinya kehilangan kapal dalam keadaan seperti itu, dan akan melakukan penyelidikan.
Namun, para ahli angkatan laut mempertanyakan bagaimana bencana seperti itu menimpa kapal yang sedang berpatroli rutin.
"Ini benar-benar tidak biasa," kata ahli hukum angkatan laut David Letts, seorang profesor di Australian National University.
Baca juga:
- Menhan Ukraina Berharap Belarusia Tidak Bergabung dengan Rusia untuk Lancarkan Serangan
- Inggris Tuding Rusia Berencana Berikan Komponen Militer Canggih Sebagai Imbalan Ratusan Drone Kamikaze Iran
- Intelijen Rusia Sebut Vatikan Mengetahui Rencana Nazi Jerman Serang Uni Soviet Tahun 1941
- Terlibat Pembunuhan 10.500 Tahanan, Nenek Mantan Sekretaris Kamp Konsentrasi Nazi Dijatuhi Hukuman
Dia mencatat ada langkah-langkah untuk mencegah banjir yang mempengaruhi unit pusat seperti ruang mesin.
"Kapal dibagi menjadi beberapa kompartemen - dan harus ada serangkaian pintu kedap air yang dimulai dari dek atas, sehingga air laut tidak masuk ke dalam kapal itu sendiri."
Fakta bahwa bencana melanda pada malam hari berarti kemungkinan besar banyak pelaut yang tertidur pada saat itu, dan situasi yang kacau mungkin telah mengubah protokol seperti membawa awak ke geladak atas atau melepaskan rakit penyelamat.
Mulai bertugas tahun 1987, HTMS Sukhothai (FSGM-442) dibangun di Amerika Serikat oleh Tacoma Boatbuilding Company yang sekarang sudah tidak beroperasi, menurut US Naval Institute.