Jawa Timur Jadi Produsen Gula dan Tebu Tertinggi Nasional, Gubernur Khofifah Minta Petani Manfaatkan Transformasi Digital
SURABAYA - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memaparkan, produksi gula di provinsi yang dipimpinnya mencapai 49,55 persen atau sebanyak 1.192.034 ton dari total produksi gula nasional sebanyak 2.405.907 ton.
"Sedangkan produksi tebu Jawa Timur tahun 2022 sebanyak 47,65 persen atau setara dengan 17.362.620 ton," kata dia dalam keterangan dikutip Antara, Rabu 14 Desember.
Gubernur Khofifah menjelaskan, produksi tebu di Jawa Timur pada 2022 mengalami peningkatan dibanding 2021 sebesar 14.767.763 ton atau 47,63 persen dari produksi tebu nasional dan menghasilkan gula sebesar 1.087.415 ton.
"Produksi tebu per kabupaten/kota tertinggi di Jawa Timur tahun 2022 berasal dari Malang sebanyak 3.102.260 ton. Sedangkan produksi gula tertinggi dihasilkan dari Kabupaten Lumajang sebanyak 2.225.963 ton dan Jombang 1.217.931 ton," ujarnya.
Atas catatan itu, menurut data Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian tahun 2022, provinsi Jawa Timur tercatat sebagai provinsi dengan produksi gula dan tebu tertinggi nasional.
Gubernur Khofifah berharap peningkatan produksi ini dapat menjadikan Jawa Timur sebagai barometer gula nasional.
"Peningkatan produksi ini juga menjadi modal bagi Indonesia untuk mewujudkan swasembada gula," kata dia.
Baca juga:
- Bulog Gorontalo Tambah 1.000 Ton Beras dari Sulawesi Selatan
- Jelang Natal dan Tahun Baru, Wamendag Jerry Sambuaga: Harga Cabai, Bawang Merah hingga Terlu Ayam Naik Tapi Masih Wajar
- Antisipasi Krisis 2023, Erick Thohir Sebut BUMN Butuh Dana Besar
- Realisasi Kemitraan Rantai Pasok Pangan ID Food dengan UMKM Capai Rp1,16 Triliun
Lebih lanjut, Gubernur Khofifah berpesan agar petani tebu memanfaatkan transformasi digital dalam proses pengolahan hingga menjadi gula.
"Dengan menggunakan sistem digital, tentunya kualitas juga akan ikut meningkat karena lebih produktif dan efisien. Sehingga dapat termonitor mulai dari mencari bibit yang baik, lalu proses panen termasuk transparansi kadar rendemen gula," ujar dia.
Selain itu, Khofifah mengingatkan, agar para petani terus merawat komunikasi dan koordinasi dengan beberapa instansi yang memiliki pusat penelitian demi menghasilkan kualitas bibit tebu agar menghasilkan kadar rendemen yang baik.
Menurut dia, jika berasal dari bibit yang baik dan memiliki kualitas baik serta bongkar ratunnya terukur, maka tingkat rendemennya juga akan baik.
"Sekitar 95 persen petani tebu di Jawa Timur adalah petani rakyat. Petani rakyat bisa menjadi pengusaha di bidang bahan baku pergulaan. Untuk itu koordinasi dan sinkronisasi dari para petani tebu rakyat, APTRI, pabrik gula maupun PTPN harus terkonsolidasi dengan baik," kata Khofifah.