TNI Gelar Simulasi Jika Terjadi Gempa Super Kuat di Lombok Tengah

JAKARTA - Personel Korem 162/WB di Nusa Tenggara Barat menggelar latihan penanggulangan gempa bumi bermagnitudo 8 di Kabupaten Lombok Tengah.

Komandan Kodim 1620/Lombok Tengah, Letkol Kavaleri IF Andi Yusuf Kertanegara, menjelaskan simulasi ini sebagai bentuk latihan koordinasi, komunikasi dan evakuasi untuk mengantisipasi terjadinya bencana alam di wilayah.

"Melalui pelatihan penanggulangan bencana ini kita tingkatkan pengetahuan, kesiapsiagaan, dan kemampuan personil menghadapi bencana alam yang sewaktu waktu mungkin terjadi," ucap Andi Yusuf, Kamis 1 Desember dilansir Antara.

Pelatihan juga bertujuan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam rangka mendukung ketahanan wilayah dan penanggulangan bencana untuk mengurangi resiko akibat terjadinya bencana alam.

"Pada dasarnya Provinsi NTB merupakan wilayah yang rawan akan bencana," katanya.

"Fokus kegiatan dalam latihan ini adalah menilai tindakan respon, mengkaji kemampuan peralatan penunjang komunikasi sistem peringatan dini, kerja sama antar instansi dan melakukan evaluasi," katanya.

Untuk diketahui, Personil yang terlibat Time Table Tactical Floor Game (TFG) Latgulbencal Korem 162 mendirikan posko-posko latihan yang terpusat di Lapangan Bundar Kecamatan Praya.

Dimulai dengan skenario yaitu telah terjadi bencana alam yakni gempa bumi berkekuatan magnitudo 8 mengguncang pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Kamis 1 Desember 2022 Pukul 09.00 Wita.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menginformasikan gempa terjadi pada koordinat 10,86 derajat LS; 116,21 BT atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 75 KM karena adanya aktivitas subduksi lempeng Indo-Australia.

Gempa dahsyat yang terjadi memicu potensi Tsunami yang diperkirakan akan tiba dalam waktu kurang lebih 26 menit di pantai selatan Lombok, setelah terjadinya gempa bumi.

Pada akhirnya, pemutahiran data BNPB mencatat 30 orang korban meninggal dunia akibat bencana tersebut. Sebanyak 60 jiwa mengalami stres (Pemenuhan kebutuhan dasar), dan sekitar 30 persen pengungsi di posko pengungsian (Lapangan Muhajirin, Praya) mengalami muntaber, diare, demam tinggi, serta kekurangan gizi.