JAKARTA - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bekerja sama dengan Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) menggelar simulasi gempa dan tsunami.
Simulasi tersebut telah dilakukan sebanyak dua kali. Sebelumnya sudah dilakukan tahun 2020.
Koordinator Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono menjelaskan, potensi gempabumi megathrust di Samudra Hindia Selatan Jawa Tengah dan Yogyakarta, dapat memicu tsunami yang dapat melanda kawasan YIA.
Menurut Daryono, zona megathrust selatan Jawa adalah ancaman nyata. Hal ini didasarkan pada beberapa fakta.
"Pertama, keberadaan sumber gempa potensial pada bidang kontak antara Lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Lempeng Eurasia, Kedua, aktivitas kegempaan yang terus aktif hingga saat ini dan Ketiga, catatan sejarah gempa besar yang memicu tsunami pada masa lalu," ujar Daryono dalam keterangan tertulisnya, Rabu 30 Maret.
Dari katalog BMKG mencatat bahwa tsunami pernah terjadi beberapa kali di pantai selatan Jawa, seperti Tsunami Banyuwangi 1818, Tsunami Jawa 1840, Tsunami Pacitan 1859, Tsunami Kebumen 1904, Tsunami Jawa 1921, Tsunami Pangandaran 1957, Tsunami Banyuwangi 1994, dan Tsunami Pangandaran 2006.
Daryono menambahkan upaya mitigasi konkret di lingkungan bandara dalam menciptakan keselamatan dan tanpa jatuh korban (zero victim) bagi pengguna bandara di pantai rawan tsunami bukan tidak mungkin. Pelajaran tersebut dapat diambil dari peristiwa tsunami destruktif Tohoku Jepang yang dipicu gempa magnitudo 9,0 pada 11 Maret 2011.
Menurut dia, tsunami dahsyat yang melanda Sendai Airport saat itu dapat diantisipasi dengan cepat dan cermat oleh petugas bandara. Semua skenario evakuasi berjalan sukses sesuai rencana, meskipun terjadi kerusakan dan kerugian material yang besar di lingkungan Sendai Airport, tetapi tidak ada korban yang jatuh.
"Keberhasilan sistem mitigasi tsunami di Sendai Airport kiranya menjadi contoh terbaik untuk menegaskan bahwa prosedur yang tepat dalam mengelola krisis ternyata dapat menyelamatkan nyawa orang banyak," kata dia dilansir dari Antara.
BACA JUGA:
Dalam simulasi tersebut, Bandara YIA menguji respon cepat Airport Operation Control Centre apabila menerima peringatan dini tsunami dari BMKG. Simulasi juga menguji proses evakuasi penumpang dan pengguna jasa bandara, serta pengaturan pesawat apabila terjadi gempabumi berpotensi tsunami.
"Simulasi dilakukan untuk melatih respon cepat peringatan dini tsunami berdasarkan skenario terburuk gempa bumi megathrust magnitudo 8,8 di Selatan Jawa guna mewujudkan YIA sebagai Infrastruktur Kritis Bandara yang Tangguh Gempa dan Tsunami," kata fasilitator BMKG Suci Dewi Anugrah.
Pada kesempatan yang sama, General Manager PT Angkasa Pura I Yogyakarta, Marsma TNI Agus Pandu Purnama menyampaikan Bandara YIA akan terus memperkuat sistem mitigasi gempa bumi dan tsunami di Bandara YIA, di antaranya dengan penyiapan sarana dan prasarana evakuasi tsunami serta meningkatkan kapasitas petugas bandara dalam merespon peringatan dini tsunami dari BMKG dan mengarahkan proses evakuasi.
Kegiatan Simulasi Gempa dan Tsunami ini juga diekspos secara nasional pada Puncak Peringatan Hari Meteorologi Dunia (HMD) ke 72, untuk menunjukkan kepada khalayak luas, kesiapan Bandara YIA dalam penanggulangan gempa bumi dan tsunami.
“Simulasi gempa bumi di Bandara, adalah bentuk dari upaya optimalisasi pemanfaatan informasi dan peringatan dini geo-hidrometeorologi BMKG untuk semua sektor demi tujuan keamanan, keselamatan dan kesejahteraan masyarakat” ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati pada Peringatan HMD tersebut yang mengusung tema Peringatan Dini dan Aksi Dini.