Fakta Menarik dari Matahari Buatan China
JAKARTA - Apa yang tak bisa dibuat oleh China? mulai dari peralatan rumah tangga hingga tiruan gawai telah dibuat negeri tirai bambu tersebut. Bahkan belum lama ini, China berhasil menyalakan instalasi Matahari buatan.
Instalasi Matahari buatan China diklaim mampu menghasilkan 10 kali energi yang lebih panas dari inti Matahari itu sendiri. Matahari made in China itu dioperasikan dalam instalasi bernama Tokamak HL-2M yang mampu menghasilkan energi panas mencapai 150 juta derajat celcius (270 juta Fahrenheit).
Melansir dari laman South China Morning Post, Matahari buatan ini dibuat untuk mendapat sumber energi bersih yang ramah lingkungan. Sebab, selama ini kehidupan modern mengandalkan energi karbon yang menimbulkan polusi.
Tentunya keberhasilan China dalam membuat instalasi energi bersih melalui reaksi fusi nuklir menarik perhatian banyak pihak. Menurut China National Nuclear Corporation (CNNC), kemampuan dari instalasi Tokamak HL-2M ini mampu menghasilkan energi panas.
Kemampuan menghasilkan suhu ultra tinggi tersebut sangat penting untuk penelitian proses fusi. Di mana, instalasi ini dapat mereplikasi cara Matahari menghasilkan energi dengan menggunakan gas hidrogen dan deuterium sebagai bahan bakar.
Sejauh ini, Prancis juga sedang mengembangkan reaktor Eksperimental Termonuklir Internasional (ITER) yang dirancang untuk beroperasi pada suhu hingga 150 juta derajat Celcius (270 juta Fahrenheit).
Kepala insinyur Institut Sains Fusion CNNC, Yang Qingwei menyebutkan, Matahari buatan China ini diketahui mampu mencapai pengurungan plasma magnetik hingga 10 detik.
Fasilitas baru yang dimiliki oleh Matahari buatan China atau yang disebut dengan Ecperimental Advance Superconducting Tokamak (EAST) ini juga mempunyai volume plasma tiga kali lipat serta Intensitas arus plasma enam kali lipat dibandingkan dengan HL-2A.
Bahkan, proyek pembuatan EAST ini disebut-sebuat menjadi salah satu proyek pilar penting bagi ITER. China yang merupakan anggotar ITER bersama Amerika Serikat (AS), India, Jepang, Rusia dan Korea Selatan ini memiliki tujuan untuk mengembangkan teknologi fusi.
Pasalnya, China berencana untuk membangun reaktor eksperimental paling cepat tahun depan, membangun prototipe industri pada 2035 dan mulai digunakan secara komersial dalam skala besar pada 2050.
Cara Kerja Matahari Buatan
Diketahui, reaktor EAST bekerja dengan menggabungkan dua inti hidrogen. Ketika unsur kimia tersebut tergabung, akan tercipta energi panas yang luar biasa. Proses itu dikenal dengan fusi nuklir dan berbeda dengan reaktor nuklir biasa yang menerapkan fisi atau pembelahan inti atom.
Di sisi lain, ilmuwan percaya bahwa suhu yang sangat panas tersebut baru suhu minimal yang dibutuhkan, itupun jika mereka berniat untuk menciptakan reaktor nuklir mandiri.
Namun, masih ada tahapan berikutnya yang harus dilakukan tim ilmuwan untuk dapat mewujudkan sumber energi mutakhir yang mereka inginkan. China menggunakan struktur penyangga magnet superkonduktor dengan berat 20 ton yang dirakit di Prancis untuk mewujudkan proyek ini.
Sebagai catatan, tantangan terbesar reaktor EAST tersebut adalah bertahan dari panas luar biasa dalam waktu lama untuk bisa menciptakan sumber energi secara praktikal.
Jika fusi nuklir dapat dimanfaatkan dengan menggunakan metode energi rendah, itu dapat memungkinkan terciptanya energi bersih yang tidak terbatas. Dan, jika berhasil, China dapat memberikan bantuan besar kepada ITER.
Ketertarikan Negara Lain
Meski dikatakan made in China, tetapi Matahari buatan ini adalah proyek besar yang melibatkan para ilmuwan dari 35 negara. Guna mewujudkan proyek ini, China bekerja sama dengan sejumlah negara yakni Amerika Serikat (AS), Uni-Eropa, Rusia, Jepang, India, dan Korsel.
Perlu dicatat, Matahari buatan dari China ini tidak berbentuk seperti Matahari, melainkan berupa penelitian eksperimen nuklir terbesar dan tercanggih di dunia. Rencananya, matahari made in China ini bisa digunakan secara komersial pada 2050 mendatang.
Tidak puas membuat Matahari, China pun berencana akan membuat satelit iluminasi atau artificial moon, alias Bulan buatan.
Kini, proyek tersebut telah dikembangkan oleh Chengdu Aerospace Science and Technology Microelectronics System Research Institute, dan pengujian satelit ini telah dimulai sejak bertahun-tahun lalu.
China beralasan, Bulan buatan tersebut dirancang untuk menerangi kota, yang di mana benda tersebut dapat menggantikan penerangan konvensional yang umumnya menggunakan lampu-lampu jalan.
Sementara, Kepala Lembaga Penelitian Sains Chengdu Aerospace, Wu Chunfeng mengklaim Bulan buatan tersebut akan menghasilkan cahaya delapan kali lebih terang dari Bulan di alam semesta.
Chunfeng menyatakan, Bulan palsu tersebut akan mampu menerangi area seluas 10-80 kilometer. Sementara itu, jangkauan pencahayaan yang tepat bisa dikontrol dalam beberapa puluh meter. Namun, belum diketahui pasti kapan Bulan palsu ini akan diluncurkan, kabarnya diklaim pada 2021.