Kemenkes Teliti Virus dan Bakteri terkait Ginjal Akut Misterius

JAKARTA - Kementerian Kesehatan sedang meneliti keterkaitan sejumlah virus maupun bakteri yang memicu kasus gangguan ginjal akut misterius di Indonesia.

"Tim kami sudah dibentuk, Kemenkes selalu meng-'update' perkembangan atas pengamatan surveilans dan dicari penyebabnya dengan penyelidikan epidemiologi," kata Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu dilansir ANTARA, Senin, 17 Oktober.

Menurut Maxi, Kemenkes bersama sejumlah peneliti dari perguruan tinggi serta organisasi profesi sedang melakukan pemeriksaan genom sekuensing keterkaitan virus leptospirosis atau penyakit bakteri yang menyebar melalui air seni hewan yang terinfeksi.

Selain itu, penelitian juga dilakukan terhadap kemungkinan pengaruh virus influenza hingga adenovirus pada pasien.

Ketiga virus tersebut diduga kuat sebagai faktor utama pemicu gangguan ginjal akut misterius di Indonesia.

Berdasarkan data Kemenkes per Senin, 17 Oktober, jumlah kasus gangguan ginjal akut misterius yang dilaporkan mencapai total 156 kasus, terbanyak berasal dari DKI Jakarta dan Jawa Barat.

"Setiap ada gejala, kami langsung teliti. Umumnya dilaporkan dari Pulau Jawa," katanya.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah mengumumkan sejumlah gejala yang umum dialami pasien gangguan ginjal akut misterius, salah satunya frekuensi warna dan jumlah urine.

Disebut urine berkurang kalau jumlahnya kurang dari 0,5 ml/kg/jam pada bayi, atau tidak ada urine sama sekali selama 6 sampai 8 jam saat siang. Adapun warna urine cenderung kuning gelap.