ADB: Prospek Ekonomi Indonesia Hingga Akhir 2022 Lebih Baik dibanding Regional Asia dan Global

JAKARTA - Direktur Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) untuk Indonesia Jiro Tominaga melihat secara keseluruhan Indonesia memiliki momentum yang kuat sepanjang sisa tahun 2022.

"Prospek Indonesia cenderung lebih positif daripada global atau regional Asia," ujar Jiro dalam Capital Market Summit an Expo (CMSE) 2022, dikutip dari Antara, Jumat 14 Oktober.

Indonesia telah berada di jalur pemulihan yang solid dari pandemi COVID-19. Ketidakpastian besar bagi Indonesia yang menyebabkan proyeksi ADB lebih rendah pada April 2022, merupakan akibat dari potensi lonjakan varian Omicron, dampak invasi Rusia ke Ukraina, dan volatilitas ekonomi global secara keseluruhan.

Namun sejak saat itu, Jiro menilai COVID-19 di Indonesia sedikit banyak tertahan di bawah permintaan domestik yang tetap kuat.

Dari sisi ekspor, kuatnya permintaan dan tingginya harga ekspor komoditas Indonesia mendorong nilai dan volume ekspor.

Sementara itu, pendapatan negara yang mengalami windfall memungkinkan belanja subsidi yang lebih besar dan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang lebih kecil.

Menurut dia, memang terdapat risiko penurunan pertumbuhan global dan inflasi, tetapi kondisi tersebut tidak akan benar-benar terasa oleh Indonesia sampai awal tahun depan.

"Jadi untuk tahun ini, kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi, surplus transaksi berjalan, dan inflasi yang lebih tinggi untuk Indonesia dibanding April 2022," ucap dia.

Adapun ADB menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2022 dari 5 persen pada April 2022 menjadi 5,4 persen pada September 2022, sebaliknya di tahun 2023 diturunkan dari 5,2 persen menjadi 5 persen.

Perkiraan inflasi dalam negeri juga dinaikkan dari 3,6 persen menjadi 4,6 persen di 2022, sedangkan pada 2023 dinaikkan dari 3 persen menjadi 5,1 persen.

Sementara untuk transaksi berjalan, surplus dinaikkan dari nol persen terhadap produk domestik bruto (PDB) menjadi 0,5 persen PDB pada 2022 dan kemudian meningkat dari defisit 0,5 persen PDB menjadi surplus di kisaran nol persen PDB.

"Untuk tahun depan, kami melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih moderat, defisit transaksi berjalan yang lebih rendah, dan inflasi yang lebih tinggi," tutur Jiro.