KAI: Tanah di Lokasi Amblesan Cilacap Termasuk Jenis Ekspansif
JAKARTA - Tanah di lokasi amblesan dan gogosan jalur rel petak jalan Maos-Sikampuh dan Jeruklegi-Kawunganten, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, termasuk dalam jenis ekspansif, kata Manager Humas PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 5 Purwokerto Krisbiyantoro.
"Tanah jenis ekspansif bila jenuh atau kadar airnya tinggi akan mengalami keruntuhan daya dukung," kata dia di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Senin 10 Oktober.
Menurut dia, keruntuhan daya dukung tersebut bisa disebabkan jika di kiri atau kanan jalur kereta api termasuk pada tubuh baan rel (jalur) terdapat air menggenang atau berada di sekitar area ladang maupun sawah.
Selain itu, kata dia, keruntuhan daya dukung tersebut juga dapat disebabkan oleh curah hujan yang tinggi.
"Ini yang terjadi di lokasi amblesan petak jalan Maos-Sikampuh dan Jeruklegi-Kawunganten pada Sabtu (8/10) dini hari," jelasnya dilansir dari Antara.
Lebih lanjut, Krisbiyantoro mengatakan PT KAI (Persero) telah melakukan tindakan darurat di lokasi amblesan dengan cara menimbun karung berisi material berupa batu balas kricak.
Selanjutnya, timbunan karung berisi material tersebut diberi penyangga dari bantalan kayu agar stabil, kemudian diisi balas kricak curah untuk mengisi ruang yang berongga.
"Penanganan awal tersebut sudah bisa untuk dilakukan operasional KA dengan kecepatan terbatas. Selanjutnya akan diperkuat dengan penyangga dari besi (H-beam) dan pada sisi kanan dan kiri jalur KA dibuatkan talut dengan material dari besi (shitpile)," katanya.
Ia mengatakan untuk penanganan permanen lokasi amblesan akan dikerjakan oleh Satuan Kerja Infrastructure Maintenance and Operation (Satker IMO) Balai Teknik Perkeretaapian yang terlebih dahulu akan mengukur kekuatan kontur tanah di lokasi amblesan.
Menurut dia, PT KAI (Persero) Daop 5 Purwokerto telah meletakkan alat material untuk siaga (AMUS) di Kroya, Purwokerto, Prupuk, Sidareja, dan Kutoarjo, sedangkan lokasi depot balas kricak berada di Karangsari (Kabupaten Banyumas).
"Khusus kejadian amblesan kemarin, pasokan balas kricak didatangkan dari Banjar yang masuk wilayah PT KAI (Persero) Daop 2 Bandung," kata Krisbiyantoro.
Hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi sejak Jumat (7/10) siang hingga Sabtu (8/10) mengakibatkan jalur KA di petak jalan Jeruklegi-Kawunganten mengalami penurunan tanah atau ambles di beberapa titik, antara lain di KM 367+6/7 dan KM 372+400 serta KM 392+8/7 di petak jalan Sikampuh-Maos.
Kondisi tersebut berdampak terhadap perjalanan sejumlah KA lintas selatan Jawa yang mengalami kelambatan karena tertahan di beberapa stasiun serta pembatasan kecepatan saat melintasi titik-titik amblesan dan gogosan tersebut.
Setelah dilakukan penanganan di titik-titik amblesan dan gogosan tersebut, kecepatan kereta api yang semula dibatasi 5 km/jam secara bertahap ditingkatkan menjadi 40 km/jam, kemudian 60 km/jam, dan kecepatan normal setelah penanganannya selesai.
Baca juga:
- Anies Baswedan: Memang Tugas di DKI Jakarta Selesai, Tapi Insyaallah Tidak untuk Jakarta dan Indonesia
- PDIP Sebut Integritas Kasetpres Heru Tetap Terjaga Saat Jabat Pj Gubernur DKI Jika Lakukan Hal Ini
- Banjir dan Air Bersih jadi Masalah Prioritas Jakarta yang Harus Diselesaikan Heru Saat Jabat Pj Gubernur DKI
- Pengalaman Jadi Pejabat Pemprov Disebut Bantu Heru Permudah Kerjanya Sebagai Pj Gubernur DKI
Berdasarkan data pada hari Senin (10/10, pukul 09.00 WIB, titik amblesan dan gogosan yang telah selesai ditangani terdiri atas KM 370+8/9, KM 374+0/1, serta KM 375+5/6, sehingga dapat dilalui kereta api dengan kecepatan normal atau tanpa pembatasan kecepatan.
Sementara di KM 366+5/6 masih dibatasi dengan kecepatan maksimal 60 kilometer per jam, KM 367+6/7 dengan kecepatan maksimal 40 km/jam, dan KM 372+3/4 dengan kecepatan maksimal 60 km/jam.
Dalam kondisi normal, petak jalan Jeruklegi-Kawunganten merupakan bagian dari jalur lintas Kroya-Banjar mampu dilewati kereta api dengan kecepatan maksimal 115 km/jam.