Kronologi Tewasnya Ilmuwan Nuklir Iran sampai Ancaman Serangan Balasan Iran ke Israel

JAKARTA - Ilmuwan nuklir ternama Iran, Mohsen Fakhrizadeh, tewas terbunuh saat berada di timur Teheran. Pemerintah Iran menuding Israel berada di balik penyerangan tersebut. Setelahnya, bergulir wacana bahwa akan ada serangan balasan iran kepada negara mayoritas Yahudi tersebut.

Seperti diwartakan kantor berita Fars News, Fakhrizadeh diketahui ditembak oleh senapan mesin yang dikendalikan dari jarak jauh. Namun ada banyak versi laporan bagaimana ilmuwan nuklir nomor wahid di Iran itu tewas.  

Pertama, laporan dari kantor berita Fars News mengatakan Fakhrizadeh sedang bepergian dengan istrinya dengan mobil antipeluru bersama tiga kendaraan personel keamanan. Saat itu dia mendengar suara seperti peluru mengenai kendaraan, lalu keluar dari mobil untuk mengetahui apa yang telah terjadi.

Ketika Fakhrizadeh keluar, senapan mesin yang dikendalikan dari jarak jauh melepaskan tembakan dari mobil Nissan yang berhenti sekitar 150 meter dari mobil sang ilmuwan. Ia kemudian mendapat setidaknya tiga kali tembakan. Pengawalnya juga ikut tertembak. Setelah tembakan tersebut, mobil Nissan itu meledak. 

Lalu laporan kedua berasal dari Kantor Berita Semi-resmi Mahasiswa Iran. Media itu menjelaskan mobil Fakhrizadeh awalnya terkena lebih banyak tembakan, lalu diikuti oleh ledakan.  Pihak Mahasiswa Iran mengutip keterangan Menteri Pertahanan Iran Jenderal Amir Hatami sebagai sumbernya.

"Berdasarkan laporan yang diterima dari anggota detail keamanannya, kendaraan Fakhrizadeh awalnya menjadi sasaran tembakan, setelah itu sebuah kendaraan Nissan yang sarat dengan bahan peledak diledakkan di dekat mereka saat tembakan, yang menargetkan kendaraan mereka, terus berlanjut," kata Hatami, seperti dikutip kantor berita Mahasiswa Iran. 

Kemudian yang ketiga, laporan datang dari Islamic Republic of Iran Broadcasting, sebuah televisi pemerintah. Laporan itu menyebut ledakan mobil terjadi lebih dulu, lalu kemudian diikuti oleh tembakan dari penyerang.

Para pejabat tinggi Iran seperti dinukil CNN, menuding Israel sebagai aktor yang telah mengendalikan senjata jarak jauh tersebut. Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Seyyed Ali Khamenei dan pejabat tinggi Iran lainnya berjanji akan membalas dendam atas tewasnya Mohsen Fakhrizadeh, yang merupakan kepala ilmuwan nuklir negara itu.

Presiden Iran Hassan Rouhani, juga menjanjikan pembalasan atas kematian imuwan top Iran tersebut. Ia menyampaikan hal tersebut saat rapat kabinet yang digelar pada Sabtu 28 November.

"Para think tank dan musuh Iran harus tahu bahwa bangsa Iran dan pejabat yang bertanggung jawab di negara itu berani. Dan bertekad untuk pembunuhan itu tepat waktu," kata Hassan.

Senada dengan pemimpin tertinggi Iran, Kamal Kharrazi, kepala Dewan Strategis Iran untuk Hubungan Luar Negeri, juga mengancam akan memberi ganjaran setimpal atas serangan tersebut. "Tidak diragukan lagi, Republik Islam Iran akan memberikan jawaban yang diperhitungkan dan tegas kepada para penjahat yang membunuh Fakhrizadeh," kata Kharrazi.

Kehilangan Fakhrizadeh merupakan pukulan telak bagi Iran. Pasalnya, ia adalah  kepala pusat penelitian teknologi baru di Garda Revolusi dan merupakan tokoh terkemuka dalam program nuklir Iran. Kemampuannya bahkan diakui Badan Energi Atom Internasional dan Departemen Luar Negeri AS yang menyebut Fakhrizadeh punya wawasan mendalam tentang kemampuan nuklir Iran. 

Pada 2018, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Fakhrizadeh adalah kepala Proyek Amad, yang dia gambarkan sebagai upaya senjata nuklir rahasia. "Ingat nama itu, Fakhrizadeh," kata Netanyahu. 

Balas dendam

Atas serangan tersebut, surat kabar garis keras Iran, Kayhan, yang pemimpin redaksinya dekat dengan pimpinan Iran, menyebut bahwa seyogyanya Iran agar menyerang kota pelabuhan Haifa di Israel sebagai bentuk balas dendam. Haifa, kota terbesar ketiga Israel, adalah rumah bagi pelabuhan utama dan pembangkit listrik.

Kayhan juga menyarankan agar Iran melakukan setiap serangan dengan cara yang menghancurkan fasilitas dan juga menyebabkan banyak korban jiwa. Kayhan menerbitkan artikel yang ditulis oleh analis Iran Sadollah Zarei, yang mengatakan serangan terhadap Haifa harus lebih besar dari serangan rudal balistik Iran terhadap pasukan AS di Irak. 

Menyerang kota Haifa di Israel dan membunuh sejumlah besar orang "pasti akan mengarah pada pencegahan, karena AS dan rezim Israel dan agennya sama sekali tidak siap untuk mengambil bagian dalam perang dan konfrontasi militer," tulis Zarei.

Meskipun Kayhan adalah surat kabar dengan sirkulasi kecil, pemimpin redaksi Kayhan yaitu Hossein Shariatmadari, ditunjuk oleh Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei. Shariatmadari dijelaskan sebagai penasihat Ayatollah di masa lalu.