Sejarah Stadion Kanjuruhan Malang dan Saksi Tragedi Ratusan Suporter Aremania Meninggal Dunia
YOGYAKARTA - Sepakbola Indonesia mengalami duka yang sangat besar pada tanggal 1 Oktober 2022.
Sebanyak 129 orang dilaporkan meninggal dunia dalam sebuah tragedi yang terjadi di Stadion Arema FC.
Tragedi tersebut terjadi di stadion Kanjuruhan Kabupaten Malang Jawa Timur dalam laga Arema melawan Surabaya.
Total hingga berita ini ditulis kurang lebih ada 180 orang yang masih menjalani perawatan di rumah sakit.
Selain hilangnya nyawa manusia kerusuhan yang berakhir tragedi ini tercatat 13 unit kendaran hancur, dengan 10 dari kepolisian.
Tragedi ini menjadi sebuah sejarah tragedi besar di dunia terkait dengan kematian supporter, tercatat nomor satu adalah tragedi The Estadio Nacional Disaster yang menewaskan 328 orang.
Nomor dua sebenarnya yang paling mendekati adalah Stadion Kanjuruhan Malang.
Sedangkan sejarah mencatat di nomor dua ada Accra Sports Stadium Disaster yang menewaskan 127 orang manusia. Sedangkan yang seringkali kita dengar sebagai penggemar sepakbola adalah tragedi Hillsborough Disaster.
Sejarah stadion Kanjuruhan yang akan selalu diingat adalah meninggalnya 129 Supporter yang baru saja terjadi pada tanggal 1 Oktober 2022.
Sejarah nama Stadion Kanjuruhan diambil dari nama kerajaan bercorak Hindu Budha di Jawa timur. Merupakan kerajaan yang terkenal dengan rajayanya Gajayana.
Menurut sumber wikipedia stadion tersebutterletak di Jalan Trunojoyo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, dibangun sejak tahun 1997 silam dengan menelan biaya mencapai Rp35 miliar.
Stadion Kanjuruhan Malang diresmikan oleh Presiden Megawati pada 9 Juni 2004. Pertandingan pertama adalah Arema melawan PSS pada kompetisi Divisi I Liga Pertamina tahun 2004.
Baca juga:
Pertandingan tersebut dimenangkan oleh Arema dengan skor 1-0. Itu awal pertama kali Arema berpindah dari stadion Gajayana ke Kanjuruhan.
Saksi Mata Kejayaan Singo Edan, Menjadi Saksi Mata Tragedi Supporter
Sebelum tragedi terjadi Kanjuruhan menjadi saksi mata perjalanan langkah skuat Singo Edan menggapai mahkota Copa Indonesia 2005 dan 2006. Sebelum babak final di dua edisi Piala Indonesia itu, Arema meraih penting di Stadion Kanjuruhan yang mengantarkan kepada partai puncak dan mengangkat trofi juara dua kali berturut-turut.
Stadion Kanjuruhan Malang juga menjadi saksi mata Aremania menjadi The Best Suporter di ajang Copa Indonesia 2006, namun pemberian gelar dan hadiah tak dilakukan secara simbolis di Stadion Kanjuruhan.
Arema juga pernah menjadi kampiun kompetisi sepakbola kasta tertinggi bertajuk Indonesia Super League (ISL) 2009-2010.
Saat itu, penganugrahan juara digelar lewat laga Perang Bintang antara Arema Indonesia melawan Tim All-Star, yakni gabungan 22 pemain yang bermain di ISL pada 6 Juni 2010.
Ada beragam fasilitas yang ada di dalam stadion Kanjuruhan tersebut yakni
- LAPANGAN UTAMA
Merupakan lapangan sepak bola berstandar nasional, lengkap dengan lintasan atletik, dengan tribun penonton berkapasitas 40.000 orang. Untuk memenuhi kebutuhan sanitasi, Stadion dilengkapi dengan 28 unit toilet di tribun ekonomi dan 18 ruangan toilet di gedung Stadion.
- LAPANGAN LUAR
Terletak di sebelah selatan, merupakan lapangan sepak bola standar dengan lintasan atletik dan berpagar setinggi 2 meter yang dipergunakan untuk latihan sepakbola dan atletik
- SEPATU RODA
Lintasan sepatu roda ada pada tahun 2013 dengan pembangunan menggunakan dana APBD. Lintasan tersebut berjarak 200 meter.
- KOLAM RENANG
Sport Center terpadu, kolam renang yang ada di dekat Stadion Kanjuruhan diresmikan pada awal tahun 2018. Kolam renang berstandar internasional yang terdiri dari tiga buah kolam, yatu kolam renang outdoor, kolam renang indoor dan kolam renang untuk Loncat Indah.