Perjalanan Politik Dedi Mulyadi Dari Nol Sampai Sukses

YOGYAKARTA - Dibalik kejayaan sosok anggota DPR RI Dedi Mulyadi siapa sangka dia juga pernah mengalami masa susah. Lalu bagaimana perjalanan politik Dedi Mulyadi?

Seperti yang kita tahu, sosok Dedi Mulyadi pernah merasakan menjadi menjadi anggota legislatif, wakil bupati, serta Bupati Purwakarta selama dua periode.

Perjalanan Politik Dedi Mulyadi

 

Di kala mahasiswa, Dedi muda aktif di beragam organisasi. Pada 1994, dia diandalkan menjadi Senat Mahasiswa STH Purnawarman kemudian Ketua Umum HMI Cabang Purwakarta. Sikap kritis Dedi Mulyadi, serta bekal pengalamannya di organisasi, mengantarkan suami dari Anne Ratna Mustika itu menjadi member DPRD Purwakarta pada 2001.

Karier politik Dedi terbilang melesat. Cuma duduk di bangku dewan selama tiga tahun, dia dipinang Lily Hambali Hasan untuk menemaninya menjadi Wakil Bupati Purwakarta.

Pada 2008, Dedi mencalonkan diri menjadi Bupati Purwakarta dan terpilih kembali tahun 2013. Selama dua periode menjabat, Dedi diketahui membangun tempat berbasiskan kearifan lokal.

Dedi Mulyadi terlahir dari keluarga menengah. Ayahnya, Ahmad Suryana, merupakan purnawirawan dengan pangkat terakhir prajurit kader. Keadaan kesehatan Ahmad yang tak bagus membuatnya cuma dapat mengabdi di kemiliteran hingga umur 28 tahun. Dia lalu berprofesi di perkebunan.

Sang ibu, Karsiti, seharusnya menolong ekonomi keluarga. Dia menghidupi sembilan buah hatinya dengan membanting tulang, menjadi kuli tandur, sampai mencangkul di sawah.

Sekiranya berkeinginan jajan, Dedi seharusnya mencari uang sendiri. Dia pernah menolong berjualan es mambo, layang-layang, dan kayu bakar yang dikumpulkan sepulang sekolah.

Masa remaja Dedi juga prihatin. Dia semestinya rela melepas kemauannya untuk kuliah di Universitas Padjadjaran sebab tak mempunyai cukup dana. Meski demikian, namanya sempat masuk dalam daftar calon mahasiswa yang lolos seleksi di Unpad.

Walhasil, Dedi melanjutkan studinya di Sekolah Tinggi Aturan Purnawarman Purwakarta. Itu bahkan terbilang nekat. Untuk membiayai kuliahnya, Dedi semestinya berjualan beras dan gorengan.

Pernah Bangun Daerah Berbasis Budaya

Dedi Mulyadi diketahui sebagai kepala tempat yang mengedepankan pembangunan berbasis kearifan lokal. Meskipun semacam itu, dia konsisten sanggup menyinergikan tradisi, agama, dan teknologi dalam kebijakan yang dilakukan di Purwakarta.

Sebagian kebijakan yang digunakan Dedi di Purwakarta terbilang unik. Semisal, seluruh guru di Purwakarta dilarang memberikan tugas rumah. Materi Pendidikan akademis seharusnya diselesaikan di sekolah.

Pria yang acap kali mamakai iket khas Sunda itu juga pernah memberikan batasan waktu apel ke rumah pacar, cuma hingga pukul 9 malam. Menurutnya, peraturan budi pekerti bertamu yakni upaya mengembalikan kearifan tradisi adat istiadat Sunda.

Setelah mengetahui bagaimana perjalanan politik Dedi Mulyadi, simak berita menarik lainnya di VOI, saatnya merevolusi pemberitaan!