Mengenang Azyumardi Azra: Orang Indonesia Pertama yang Dianugerahi Gelar Sir oleh Kerajaan Inggris
JAKARTA - Azyumardi Azra adalah cendekiawan Muslim sejati. Tindak-tanduknya menelurkan ide-ide pembaharuan Islam tiada dua. Sosoknya pun dikenal khalayak luas di luar Indonesia. Dari Timur Tengah, Amerika Serikat, hingga Eropa.
Gaung kebesarannya sampai ke telinga Ratu Britania Raya, Elizabeth II. Penguasa Inggris itu memberikannya sebuah gelar penghargaan kepada intektual Islam itu. Commander of the Order of the British Empire (CBE), namanya. Artinya, ia berhak menempatkan gelar Sir di depan namanya.
Pria yang akrab disapa Azra adalah sosok yang layak disebut sebagai cendekiawan Muslim. Prestasinya bejibun. Pemikirannya, apalagi. Kepemimpinannya di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah, misalnya. Ia yang menjabat sebagai rektor (1998-2006) mampu menyulap kampus itu sedemikian populer.
Kemajuannya pesat. IAIN Syarif Hiyatullah tak melulu bersalin nama menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidatullah, tapi juga juga membawanya menjadi institusi pendidikan Islam yang digemari banyak kalangan. Sebab, UIN Syarif Hidayatullah dibuat lebih terbuka dan berkualitas.
Cerita Azyumardi Azra dan UIN Syarif Hidayatullah hanya sebagian kecil dari kegemilangannya. Sejauh yang dikenal, Azra justru kesohor sebagai pakar sejarah dan peradaban Islam. Pemahamannya itu banyak menelurkan ide-ide pembaharuan kepada dunia Islam.
Saban hari, ia kerap mendorong pemikiran Islam Wasathiyah. Sebuah pemikiran yang mengajak umat Islam untuk memperoleh pemahaman yang seimbang. Tidak ekstrem, dan tidak pula radikal. Tidak kiri, tidak pula kanan. Alias pemahaman Islam yang berada di tengah-tengah. Laku hidup itu, sebagaimana diungkap Azra akan bermuara pada kemajuan peradaban Islam.
“Bisa dipastikan, masa depan Islam dan kaum Muslimin bukanlah pada Islam yang keras; Islam yang rigid, atau Islam yang garang. Islam seperti ini sering ditampilkan kelompok ekstrem, radikal, dan penuh teror yang ada sepanjang sejarah Islam – termasuk pada masa kontemporer sekarang. Islam seperti ini tidak bakal mampu membawa kaum Muslim ke dalam kemajuan peradaban yang kontributif bagi seluruh umat manusia dan alam semesta.”
“Islam wasathiyah adalah jalan tengah yang moderat, inklusif, dan toleran. Dalam nomenklatur kajian Islam internasional, Islam wasathiyah, biasa disebut sebagai justly – balanced Islam. Istilah wasathiyah adalah istilah Qur’ani yang bersandar pada ungkapan ummatan wasathan, yaitu umat yang berada tengah; yang tak ekstrem ke kiri atau ke kanan atau ke atas atau ke bawah. Menurut sebuah hadis Nabi Muhammad S.A.W, posisi wasathiyah itu adalah sebaik-baiknya (khayr umur awshatuha),” ungkap Azyumardi Azra dalam kata pengantar bukunya Relevansi Islam Wasthiyah (2020).
Gelar Kehormatan
Pemikiran Azyumardi Azra terkait dunia Islam dikenal luas. Ia kerap diundang ke berbagai negara dunia untuk memberikan kuliah publik terkait Islam, toleransi, dan korelasinya terhadap demokrasi. Banyak orang yang mendukung ide-ide pembaruannya.
Intektual Islam yang terbuka itu mendapat sambutan hangat di tiap lawatannya. Bahkan, banyak di antaranya pesohor dunia ikut kepincut terkait pengetahuan Azra terkait dunia Islam. Ratu Britania Raya, Elizabeth II, salah satunya.
Sebagai apresiasi, Ratu Inggris sampai tak lupa memberikan Azra gelar kehormatan pada 28 September 2010. Baginya, Azra adalah sosok intelektual yang memiliki pengaruh besar di dunia Islam. Gelar Commander of the Order of the British Empire (CBE) itu diberikan via Duta Besar Inggris di Indonesia, Martin Hatfull.
Gelar CBE sendiri adalah sebuah penghargaan kehormatan yang diberikan oleh Ratu Elizabeth II kepada semua orang dari berbagai latang belakang di seluruh dunia. Kriteria utama penerima tak lain mereka adalah sosok yang mampu memberikan kontribusi signifikan kepada komunitasnya, negaranya, hingga dunia.
Azyumardi Azra pun masuk ke dalam kategori itu. Artinya, Azra menjadi orang Indonesia pertama yang mendapatkan gelar Sir di depan namanya. Pun Ratu Elizabeth turut mengungkap jika Azra adalah sosok yang layak atas penghargaan itu. Azra telah memenuhi segala syarat. Utamanya, memiliki kontribusi unggul dan inovatif bagi dunia Islam.
"Penghargaan itu merupakan sesuatu yang tidak biasa dan langka, serta pertama kali semenjak saya menjabat di sini. Semua yang telah dilakukan beliau, merupakan sebuah kinerja yang sangat penting, bukan hanya bagi hubungan Indonesia dan Inggris saja, namun lebih luas lagi.
Penghargaan itu diberikan karena kontribusinya dalam memberikan pemahaman antaragama di Indonesia dan Inggris, maupun internasional,” ungkap Martin Hatfull di Kedutaan Besar Inggris, di Kuningan, Jakarta Selatan, sebagaimana dikutip laman Kantor Berita Antara, 28 September 2010.
Baca juga:
- Pertemuan Megawati Soekarnoputri dan George Walker Bush di Amerika Serikat, 19 September 2001: Membahas Soal Perang Lawan Terorisme
- Presiden Jokowi Ajak GP Ansor Cintai Produk Dalam Negeri, 18 September 2020
- Sejarah Hari Ini, 17 September 1901: Belanda Berlakukan Politik Etis di Nusantara
- Budaya Betawi Tempo Dulu: Celengan Duit dari Bambu untuk Naik Haji