Pertumbuhan Kredit Jadi Faktor Bank Mandiri Cetak Cuan Rp27,5 Triliun
JAKARTA - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk membukukan kinerja yang moncer pada 2019. Perseroan berhasil mencetak laba bersih Rp27,5 triliun pada 2019, atau tumbuh 9,9 persen dibanding perolehan laba pada 2018
Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar mengatakan, capaian ini didukung oleh pertumbuhan kredit konsolidasi yang sebesar 10,7 persen (year on year) hingga mencapai Rp907,5 triliun pada akhir tahun lalu.
"Dari kucuran tersebut, perseroan berhasil mencatat pendapatan bunga bersih sebesar Rp59,4 triliun, naik 8,8 persen (year on year) dibanding tahun sebelumnya," ujar Royke dalam keterangan yang diterima VOI, Jumat 24 Januari.
Bank Mandiri juga berhasil memperbaiki kualitas kredit yang disalurkan sehingga rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) gross turun menjadi 2,33% dibandingkan NPL di akhir 2018.
“Dalam penyaluran kredit, kami senantiasa berpatokan pada kajian sektor guideline dan assessment karakter perusahaan yang ketat untuk memastikan pemenuhan kewajiban oleh calon debitur. Kami juga berusaha menjaga komposisi portofolio segmen wholesale dan retail (bank only) yang saat ini di kisaran 65 persen dan 35 persen agar dapat memberikan return yang optimal,” kata Royke.
Dia menjelaskan, portofolio perseroan (bank only) di segmen wholesale sampai dengan kuartal IV tahun 2019 mencapai Rp516,4 triliun atau tumbuh 9,3 persen (year on year). Sedangkan segmen retail sebesar Rp275,9 triliun, tumbuh 11,9 persen secara tahunan.
Jika kredit korporasi menjadi penopang utama segmen wholesale dengan capaian Rp329,8 triliun, maka kredit mikro dan kredit konsumer menjadi andalan segmen retail dengan capaian masing-masing Rp123,0 triliun dan Rp94,3 triliun.
“Kredit korporasi kami tumbuh baik di kisaran 7,7 persen (year on year) dibanding tahun sebelumnya, sedangkan penyaluran kredit mikro naik 20,1 persen (year on year)," tuturnya.
Sementara di kredit konsumer akhir tahun 2019 tumbuh 7,9 persen (year on year), bisnis kartu kredit dan kredit kendaraan bermotor (auto loan) menjadi penyumbang terbesar dengan laju ekspansi masing-masing 20,1 persen (year on year) menjadi Rp13,8 triliun dan 9,6 persen (year on year) menjadi Rp34,6 triliun.
Bank Mandiri menjaga komposisi kredit produktif seperti kredit investasi dan modal kerja, dalam porsi yang signifikan, yakni 77,4 persen dari total portofolio. Pada akhir tahun lalu, penyaluran kredit investasi tercatat mencapai Rp282,6 triliun dan kredit modal kerja sebesar Rp330,3 triliun.
Bank Mandiri juga berkontribusi dalam pembangunan nasional, berupa penyaluran kredit ke sektor infrastruktur yang mencapai Rp208,9 triliun dengan tingkat pertumbuhan mencapai 14,6 persen (year on year).
"Kredit tersebut disalurkan kepada berbagai sektor seperti tenaga listrik, transportasi, migas, energi terbarukan, dan lain-lain," ujar Royke.
Untuk program Kredit Usaha Rakyat (KUR), pada sepanjang 2019, total KUR yang disalurkan mencapai Rp25,02 triliun, tumbuh 42,3 persen atau mencapai 100,09 persen dari target tahun 2019 dengan jumlah penerima sebanyak 310.987 debitur.
"Dari jumlah tersebut, sebesar 50,10 persen disalurkan kepada sektor produksi, yakni pertanian, perikanan, industri pengolahan dan jasa produksi,' kata Royke.
Di samping melalui program KUR, upaya Bank Mandiri membangun sektor riil juga diwujudkan melalui penyalurkan kredit UMKM sebesar Rp92,23 triliun pada akhir tahun lalu, tumbuh 9,85 persen secara year on year, kepada 928.798 pelaku UMKM.
“Salah satu strategi kami dalam membangun sektor UMKM ini adalah dengan memanfaatkan value chain nasabah-nasabah wholesale, baik menjadi nasabah UMKM Bank Mandiri sendiri maupun menjadi target pasar hasil produksi nasabah UMKM Bank Mandiri,” kata Royke.