PT Pupuk Kujang Kerja sama dengan IPB Semprot Pupuk Gunakan Drone, Lebih Cepat dan Tepat

SUBANG-  PT Pupuk Kujang bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk mendukung penerapan teknologi di bidang pertanian melalui penyemprotan pupuk daun cair menggunakan drone di wilayah Compreng, Kabupaten Subang, Jawa Barat.

"Kita perkenalkan produk baru PT Pupuk Kujang berupa pupuk daun berbentuk cair," kata VP Komunikasi PT Pupuk Kujang, Andi Komara dalam keterangannya kepada Antara, di Subang, Sabtu, 3 September.

Penyemprotan pupuk daun cair menggunakan drone itu dilakukan di Kampung Inovasi Himpunan Alumni IPB, Desa Kiara Sari, Kecamatan Compreng, Subang.

Ia menyampaikan, pupuk daun itu berbentuk cair. Pupuk daun ini diberikan pada tanaman melalui mulut daun atau stoomata, berguna untuk memberikan unsur hara tambahan bagi tanaman selain yang diserap oleh akar tanaman.

Untuk kapasitas tangki drone yang digunakan untuk menyemprotkan pupuk daun secara otomatis itu sebanyak 20 liter dan gerakan drone dipantau langsung oleh operator.

Tim Riset Pupuk Kujang Rangga Jiwa menyampaikan, pupuk daun cair ini memiliki kandungan yang cukup lengkap, baik makro maupun mikronutrien.

Selain itu ada juga kandungan NPK, kalsium magnesium dan tres element yang bisa digunakan untuk semua jenis tanaman.

"Pupuk daun cair ini sangat bermanfaat untuk ketahanan tanaman dan meningkatkan rendemen," kata dia.

Sementara itu, Dekan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Prof Suryo Wiyono mengatakan, penggunaan drone di pertanian adalah jawaban mengatasi tantangan kesulitan tenaga kerja di sektor pertanian.

Diharapkan ini juga mampu memuat pertanian lebih modern serta menarik minat kaum muda berkecimpung di dunia pertanian.

Ia juga menambahkan bahwa dengan menggunakan drone, biaya tebar pupuk menjadi lebih rendah dibanding konvensional serta bisa lebih cepat.

Dengan menggunakan drone, kata dia, untuk menyebarkan pupuk di atas lahan 100 hektare, cukup membutuhkan empat sampai lima hari. Sedangkan jika dikerjakan manual, per hektare itu membutuhkan sekitar 25 orang pekerja.

"Dengan kecepatannya dan kemerataannya serta efektifitas, lebih baik menggunakan drone,” kata Suryo.