Harga Telur Melonjak, Kemendag Bakal Temui Peternak Ayam Petelur

JAKARTA - Kementerian Perdagangan akan menemui pelaku usaha peternakan telur ayam untuk mengajak bicara dan berdiskusi terkait lonjakan harga telur yang tengah terjadi pada minggu ini.

"Kita dalam waktu dekat ini Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan akan mengundang pelaku usaha terutama pada tingkat peternakan petelur day old chicken (DOC) untuk mengajak bicara terkait lonjakan harga ini," kata Plt Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Syailendra kepada Antara, Rabu 24 Agustus.

Syailendra memaparkan sejumlah faktor yang menyebabkan kenaikan harga telur ayam ras yaitu turunnya populasi ayam petelur hingga 30 persen karena penurunan konsumsi dan merosotnya harga pada awal pandemi COVID-19.

Sehingga, banyak pelaku usaha lebih memilih memotong ayam ketimbang menunggu hasil telurnya.

Namun, kenaikan permintaan terhadap komoditas bahan pokok tersebut terjadi dengan adanya pelonggaran pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).

"Kebijakan pelonggaran PPKM terkait dengan perubahan status COVID-19 dari pandemi menjadi endemi telah meningkatkan permintaan terhadap telur ayam ras dengan sangat signifikan yaitu sebesar 60 persen untuk memenuhi konsumsi rumah tangga, hotel, restoran, dan kafe, serta industri makanan dan minuman,” ujar Syailendra.

Akibat kenaikan permintaan tersebut, lanjutnya, tidak sedikit pedagang besar yang meningkatkan stok telur untuk dapat memenuhi permintaan masyarakat, selain untuk keperluan mendukung program bansos/penyaluran telur kepada masyarakat.

Kejadian serupa pernah terjadi pada Desember 2021 yang mana penyerapan telur oleh pemerintah untuk bansos menyebabkan harga telur ayam ras di tingkat peternak mencapai Rp23.000 per kilogram (kg) dengan puncak tertinggi terjadi pada minggu IV Desember 2021 yang mencapai Rp26.900 per kg.

Syailendra menjelaskan sejumlah upaya yang telah dilakukan Kemendag untuk menjaga stabilitas harga telur ayam ras, antara lain dengan menyediakan jagung pakan dengan harga sesuai harga acuan pemerintah yaitu sebesar Rp4.500 per kg untuk membantu peternak layer terutama skala mikro kecil.

Bantuan tersebut telah dimulai pada Oktober-Desember 2021 sebesar 30 ribu ton dan dilanjutkan pada periode Mei-Juni 2021 dengan realisasi sekitar 25 ribu ton.

"Bantuan ini diharapkan dapat mengurangi beban biaya produksi peternak layer dengan harapan pasokan dan harga telur ayam dapat menjadi stabil,” urai Syailendra.

Syailendra juga mengungkapkan kenaikan harga telur ayam ras di tingkat eceran terjadi akibat kenaikan harga di tingkat peternak sejak Mei 2022 yang menyentuh Rp24.000 per kg.

Harga telur ayam ras selanjutnya terus meningkat hingga saat ini. Sementara harga jual di tingkat peternak dipengaruhi oleh tingginya harga pokok produksi (HPP) peternak yang saat ini berkisar Rp21.000-Rp22.000 per kg.

Syailendra menegaskan Kemendag berkomitmen untuk menstabilkan pasokan dan harga telur ayam ras yang saat ini mengalami kenaikan.

Berdasarkan pantauan Kementerian Perdagangan, tercatat per 23 Agustus 2022 harga telur ayam ras di tingkat eceran mencapai Rp31.000 per kg atau naik sekitar 2,9 persen dibandingkan seminggu sebelumnya dan naik sekitar 6,1 persen dibandingkan sebulan sebelumnya.

Menurut Syailendra, Kemendag saat ini tengah berkoordinasi dan bekerja sama dengan Badan Pangan Nasional serta Kementerian Pertanian untuk menciptakan iklim usaha perunggasan yang kondusif.

"Dalam jangka panjang, diharapkan akan terbentuk ekosistem perunggasan yang sinergis dan berdampak positif bagi seluruh pelaku usaha perunggasan dan masyarakat selaku konsumen," ungkap Syailendra.

Menurut Syailendra, kemungkinan harga telur dapat turun pada Oktober-Desember tahun ini.

Berdasarkan pantauan Kemendag, rata-rata nasional telur ayam ras di tingkat eceran sekitar Rp31.000 per kg pada 23 Agustus 2022, atau mengalami kenaikan sekitar 2,9 persen dibandingkan seminggu sebelumnya dan naik sekitar 6,1 persen dibandingkan sebulan sebelumnya.

Rata-rata harga telur ayam ras terendah terjadi di Jambi Rp26.000 per kg, harga tertinggi terjadi di Papua Rp42.000 per kg, sementara di DKI Jakarta Rp30.700 per kg.

Khusus untuk wilayah DKI Jakarta harga terendah mencapai sebesar Rp28.000 per kg di Pasar Minggu, sedangkan harga tertinggi Rp32.000 per kg terjadi di Pasar Pasar Gondangdia, Jakarta Pusat; Pasar Koja dan Pasar Rawabadak, Jakarta Utara; serta Pasar Mampang dan Pasar Mayestik, Jakarta Selatan.