Kunjungi Tambang Milik Vale, Menteri ESDM Minta Peningkatan Produksi dan Hilirisasi Nikel
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif memberikan apresiasi pengelolaan tambang nikel PT Vale Indonesia Tbk di Sorowako, Sulawesi Selatan (Sulsel).
"Kami berikan penghargaan kepada manajemen PT Vale Indonesia yang telah terus berupaya mengoptimalkan pengolahan sumber daya kita, khususnya nikel, sehingga bisa menjadi salah satu leading (dalam pertambangan nikel)," ujar Menteri Arifin di sela kunjungannya dikutip Antara dari laman Kementerian ESDM di Jakarta, Minggu 14 Agustus.
Rangkaian kunjungan kerja Menteri ESDM dimulai dengan melakukan peninjauan ke pabrik pengolahan hingga area tambang dan reklamasi.
Lebih lanjut, Menteri Arifin meminta Vale meningkatkan produksi olahan dari turunan nikel melalui hilirisasi agar bisa memberikan nilai tambah yang lebih optimal serta meningkatkan investasi dan juga membuka lapangan pekerjaan yang masif bagi penduduk sekitar.
"Tadi, kami sudah bicarakan dengan manajemen, bagaimana ke depannya Indonesia juga bisa memiliki industri untuk memproduksi nikel powder. Nikel powder ini tidak banyak di dunia. Kita punya nikelnya, kenapa tidak sekaligus kita bikin dari core sampai purified nikel," ujar Menteri ESDM kepada jajaran Vale Indonesia.
Baca juga:
- Anak Buah Menko Airlangga Pastikan Pembangunan 13 Proyek Strategis Nasional Tepat Waktu dan Tepat Sasaran, Ini Daftarnya!
- Menko Marves Bilang Tesla Sudah Teken Kontrak Pembelian Nikel Senilai Rp74,5 T
- Vale Indonesia Kerja Sama dengan Huayou China untuk Memproses Bijih Nikel di Blok Pomalaa Sulawesi Tenggara
- Komisi VI Akan Tindak Semua Laporan Terkait Kerusakan Lingkungan akibat Kegiatan Pertambangan
Vale Indonesia saat ini sudah memiliki satu fasilitas pengolahan dan pemurnian nikel di Sorowako dengan kapasitas 70.000 ton nikel matte.
Selain proyek eksisting tersebut, Vale merencanakan pembangunan tiga smelter baru. Pertama, fasilitas pengolahan nikel reduction kiln-electric furnace (RKEF) dengan perkiraan produksi sebesar 73.000 ton dalam bentuk FeNi (feronikel) di Morowali, Sulawesi Tengah.
Kedua, proyek pembangunan pabrik High Pressure Acid Leaching (HPAL) Pomalaa yang berlokasi di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, dengan potensi kapasitas produksi mencapai 120.000 ton.
Proyek pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian komoditas nikel terintegrasi dengan penambangan di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara tersebut telah ditetapkan sebagai proyek strategis nasional (PSN).
Terakhir, rencana pembangunan pabrik HPAL yang merupakan proyek ekspansi smelter Sorowako dengan target kapasitas produksi sekitar 60 kiloton nikel.