Erick Thohir ke Direksi BUMN: Jangan Jadi Dinosaurus, Mati Dimakan Zaman Tak Mau Bermetamorfosis

JAKARTA - Adaptasi menghadapi perubahan zaman menjadi sebuah keharusan bagi Indonesia. Termasuk halnya dengan perusahaan pelat merah.

Di era digitalisasi, suka tidak suka harus harus bertransformasi. Jika tidak, akan mati dimakan zaman.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan bahwa direksi BUMN tidak bisa berdiam diri menghadapi era digitalisasi.

Sebab, era digital mengubah begitu banyak sendi-sendi kehidupan masyarakat.

Hal ini terlihat dari perubahan cara kerja, cara berusaha, hingga hal-hal penting lain dalam kehidupan yang sangat memerlukan dukungan digital.

Lebih lanjut, Erick menyampaikan perubahan zaman juga mendorong masyarakat terutama generasi mudah beralih menggunakan sistem pembayaran cashless atau nontunai.

Sejak awal, ucap Erick, Kementerian BUMN komitmen memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam mengakses sistem pembayaran nontunai lewat program transformasi inovasi model bisnis dan kepemimpinan teknologi.

"Sejak awal kita bangun ekosistem yang mana digital menjadi kunci bagi kita untuk bisa bersaing. Jangan BUMN jadi dinosaurus yang mati dimakan zaman karena besar badan, tapi tidak mau bermetamorfosis,” katanya dalam keterangan resmi, Kamis, 4 Agustus.

Karena itu, Erick pun memuji terobosan digitalisasi yang dilakukan sejumlah BUMN seperti ASDP Indonesia dengan Ferizy dan Bank Mandiri dengan layanan Livin.

Dengan sistem daring, ucap Erick, Ferizy mampu mengurai persoalan antrean yang terjadi bertahun-tahun pada layanan penyeberangan.

“Contoh Ferizy ASDP, dulu penyeberangan antre truk bisa 10 jam, kita coba dua tahun lalu, sistem e-tiketing, ini mampu menghemat biaya logistik kita yang saat ini masih 23 persen atau lebih tinggi dari negara lain yang sudah 13 persen,” ucap Erick.

Erick menilai, keberhasilan sistem ini mendongkrak pergerakan penyeberangan dari Pulau Jawa ke Sumatera hingga 40 persen.

Bahkan, saat masa mudik lalu tingkat pertumbuhan penyeberangan armada tumbuh hingga 144 persen.

Kemudian, ucap Erick, Bank Mandiri sesuai dengan tren bank digital lewat Livin mampu menjadi penghubung yang stategis dalam sektor pembayaran nontunai untuk sektor pariwisata Indonesia.

“Saya tugaskan Mandiri membangun ekosistem pembayaran untuk sektor pariwisata. Kita sering terjebak pola pikir kalau bicara industri pariwisata selalu wisatawan asing, padahal sebelum pandemi, 76 persen itu wisnus, hanya 24 persen yang asing,” ucapnya.

Contohnya, kata Erick, di Bali, wisatawan asing baru kembali 30 persen, sedangkan wisatawan domestik sudah kembali di 70 persen.

Karena itu, Erick mengaku akan menyinergikan juga dengan holding pariwisata dan pendukung atau InJourney.