Stafsus Mendag Zulhas: Program B35 Bersifat Sementara untuk Percepatan Penyerapan TBS Sawit

JAKARTA - Pemerintah berencana untuk meningkatkan program biodiesel menjadi 35 persen atau B35 dari sebelumnya 30 persen atau B30. Tujuannya, untuk mempercepat penyerapan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit dalam negeri. Namun, program ini bersifat sementara hingga harga TBS kembali normal.

Staf Khusus Menteri Perdagangan, Oke Nurwan mengatakan langkah ini dilakukan untuk mempercepat pengosongan fasilitas penyimpanan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO). Harapannya dengan demikian perusahaan kelapa sawit bisa segera menyerap pandan buah segar dari petani untuk diolah menjadi minyak goreng maupun juga diesel.

"B35 itu berangkat dari TBS yang tidak terserap oleh PKS karena saluran dari CPO ini yang menumpuk harus segera disalurkan, baik melalui percepatan ekspor atau kepentingan lain," ujar Oke dalam acara CNBC, Senin, 25 Juli.

Meski begitu, Oke menekankan bahwa program B35 ini bersifat sementara. Artinya, ketika harga tandan buah segar kelapa sawit kembali normal maka akan diturunkan kembali ke B30.

"Mungkin sifatnya sementara dalam rangka upaya menyerap TBS dari petani. Setelah kembali lagi situasi normal kita bisa lagi kembali ke B30," jelasnya.

Hingga Mei 2022, konsumsi lokal minyak sawit mentah hanya 7,74 juta ton atau setara 38,94 persen dari total produksi pada periode Januari hingga Mei 2022 sebanyak 19,88 juta ton.

Sementara pada periode Januari-Mei 2021, konsumsi lokal hanya mencapai 7,68 juta ton dari total produksi selama 5 bulan pertama 2021 sejumlah 19,6 juta ton.

Diberitakan sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana mengimplementasikan penggunaan biodiesel campuran minyak sawit 30 persen (B30) menjadi campuran minyak sawit 35 persen (B35) pada akhir bulan Juli 2022.

Direktur Bioenergi Kementerian ESDM Edi Wibowo mengungkapkan, pihaknya tengah mematangkan spesifikasi untuk uji coba B35 dan B40.

"Kalau dari bahan baku semua sudah sangat cukup. Industri biodiesel sendiri sudah mencapai 17.14 juta kiloliter (KL). Sudah sangat cukup dan mudah-mudahan bisa berjalan," ujar Edi dalam Energy Corner, Senin 11 Juli.

Dari sisi regulasi, Edi bilang, tidak ada perubahan yang signifikan karena biosolar masih akan menggunakan regulasi yang sudah ada.

Namun, pihaknya juga tengah menggodok aturan di tingkat keputusan menteri yang akan mengatur mengenai persentase campuran biodiesel secara fleksibel.