Kenapa Bioskop XXI di Jakarta Belum Buka? Ini Alasannya

JAKARTA - Di masa PSBB transisi, gelaran bioskop di telah diperbolehkan beroperasi. Empat bioskop CGV di Jakarta telah memutarkan film untuk ditonton. Namun, sayangnya sampai saat ini bioskop XXI di Jakarta belum juga beroperasi. 

Head of Corporate Communications & Brand Management, Cinema XXI, Dewinta Hutagaol, menyebut alasan mengapa pihaknya belum juga membuka bioskop karena minimnya stok film yang disodorkan oleh produser film.

"Kami ingin menyampaikan permohonan maaf kepada Pemprov dan Masyarakat DKI Jakarta karena belum dapat beroperasi kembali dikarenakan faktor keterbatasan film," kata Dewinta dalam keterangan tertulis yang diterima VOI, pada Jumat, 30 Oktober.

 

Kata Dewinta, XXI sedang mengajukan izin pengoperasional bioskop kembali kepada Pemprov DKI dengan beberapa penyesuaian protokol kesehatan. 

Di saat yang sama, XXI juga sedang berkoordinasi dengan para produser dan importir film untuk memberikan pasokan film dalam persiapan pembukaan kembali bioskopnya.

"Melalui koordinasi yang intensif baik dengan Pemprov DKI Jakarta dan para pemilik film, kami sedang mempersiapkan pembukaan kembali Cinema XXI di wilayah DKI Jakarta dalam waktu dekat ini," jelas Dewinta.

Sebelumnya, Ketua Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) Djonny Syafruddin menjelaskan bahwa minimnya minat produser film yang ingin memproduksi film dan menayangkannya di layar bioskop disebabkan oleh aturan Pemprov DKI.

Pada masa PSBB transisi, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memberikan ketentuan bahwa kapasitas maksimal penonton yang boleh memasuki teater bioskop hanya 25 persen dari kapasitas normal.

Kata Djonny, dampak dari pembatasan kapasitas 25 persen akan membuat produser film merugi karena jumlah penonton menjadi sedikit. Imbasnya, pemilik film tersebut tidak mau menaikkan layarnya ke bioskop. 

"Yang punya film enggak mau 25 persen. Rugi dia. Nah, nanti ujung-ujungnya yang punya film enggak mau ngasih dilmnya, ya amsyong lah. Kami mau tayangkan filmnya siapa?" cecar Djonny.

Jakarta merupakan barometer bisnis bioskop di Tanah Air. Sehingga keputusan buka atau tidaknya bioskop di Jakarta akan berdampak pada operasional bioskop-bioskop di daerah. Namun, kata dia, membuka bioskop dengan pembatasan penonton di angka 25 persen sangat sulit.

"Kalau 25 persen asosiasi produsen film enggak mau filmnya diputar. Bioskop mau dapat film dari mana? Idealnya ya 50 persen," tuturnya.