Universitas Kedirgantaan di China jadi Sasaran Serangan Siber, NSA Amerika Serikat Jadi Tertuduh

JAKARTA - Sistem email sebuah universitas di Provinsi Shaanxi China Barat Laut, yang terkenal dengan studi penerbangan, kedirgantaraan, dan navigasinya, baru-baru ini diserang oleh kelompok peretas dari luar negeri. Keterangan ini muncul universitas itu. Mereka juga sudah melaporkan kasus tersebut ke polisi setempat untuk penyelidikan lebih lanjut.

Menurut Northwestern Polytechnical University dalam sebuah pernyataan, yang dikutip Global Times,  Peretas dan penjahat dari luar negeri tertangkap mengirim email phishing dengan program kuda Troya kepada guru dan siswa di universitas itu. Program Phising itu, mencoba untuk mencuri data dan informasi pribadi mereka,  Rabu, 22 Juni.

Analis keamanan siber mengatakan kepada Global Times bahwa menyerang sebuah universitas yang sangat penting untuk penelitian dan studi penerbangan, kedirgantaraan, dan navigasi oleh kelompok peretas asing hanyalah puncak gunung es peretasan oleh pasukan luar negeri. Pasalnya industri utama tersebut terkait dengan China yang sistem keamanannya sering menjadi sasaran pihak lain selama bertahun-tahun.

Peningkatan kemampuan pertahanan universitas telah mencegah kebocoran data kali ini. Akan tetapi itu hanya merupakan peringatan bagi lembaga-lembaga China untuk lebih meningkatkan kewaspadaan mereka dalam menghadapi peretasan yang disengaja, terutama pasukan anti-China.

Laporan polisi tidak mengungkapkan di negara mana para peretas itu berada. Tetapi untuk waktu yang lama, beberapa kelompok seperti Badan Keamanan Nasional AS (NSA) telah meluncurkan serangan jaringan skala besar di seluruh dunia untuk tujuan pengumpulan intelijen, dan China menjadi salah satu korban utama.

Untuk mengetahui fakta lebih lanjut, pihak universitas mengatakan telah melaporkan kasus tersebut ke pihak keamanan publik.

Menurut pernyataan polisi yang dikeluarkan oleh Biro Keamanan Umum Beilin di Xi'an pada Kamis, 23 Juni, sebuah kantor polisi di Jalan Taibai Xi'an menerima laporan pada 12 April sekitar pukul 3 sore.

Serangan itu berusaha untuk memikat guru dan siswa agar mengklik tautan email phishing dengan program kuda Trojan, dengan tema yang melibatkan evaluasi ilmiah, pembelaan tesis, dan informasi tentang perjalanan ke luar negeri, untuk mendapatkan detail login email mereka.

Pernyataan polisi mengatakan bahwa "serangan siber menimbulkan ancaman keamanan yang besar terhadap sistem informasi universitas dan data utama guru dan siswa."

Bukti telah diperoleh dan Biro Keamanan Umum Beilin telah mengajukan kasus sesuai dengan pasal 285 Hukum Pidana. Evaluasi teknis awal menunjukkan serangan itu diluncurkan oleh peretas dari luar negeri.

Universitas Politeknik Northwestern yang berbasis di Xi'an dikenal dengan studi dan penelitiannya tentang penerbangan, kedirgantaraan, dan navigasi. Ini didanai oleh Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi.

AS Jadi Tertuduh

Pemerintah AS telah lama melihat universitas ini sebagai duri bagi pihaknya, dan telah memasukkannya ke dalam daftar hitam sanksi. Bahkan menuduhnya telah mengancam keamanan nasional AS.

Menurut pihak universitas, serangan itu sejauh ini tidak menyebabkan kebocoran data utama bagi universitas tersebut, akan tetapi masih menunjukkan risiko besar.

Qin An, kepala Institute of China Cyberspace Strategy yang berbasis di Beijing, mengatakan kepada Global Times pada Kamis, 23 Juni, bahwa pertahanan yang berhasil melawan serangan siber oleh universitas menggambarkan meningkatnya kesadaran akan keamanan siber dan kapasitas untuk bertahan melawan serangan siber. Terlebih, saat negara tersebut memetakan langkah-langkah untuk mengatasi serangan oleh pasukan asing yang telah sengaja menargetkan China selama bertahun-tahun.

Universitas mengatakan bahwa mereka telah memberikan perhatian besar pada serangan siber, dengan penerapan inspeksi keamanan siber reguler dan pemantauan teknis, serta peningkatan sensitivitas di antara guru dan siswa terhadap keamanan siber.

Universitas berhak untuk mengambil tindakan hukum, dan akan mengambil langkah-langkah untuk membangun penghalang keamanan jaringan yang kuat serta melindungi hak dan kepentingan yang sah dari guru dan siswa, katanya.

Qin mengatakan serangan itu bukan peristiwa kebetulan, melainkan hanya puncak gunung es dari serangan luas terhadap China. Serangan-serangan itu cenderung lebih rumit dalam metodenya dan lebih terarah, terutama di banyak bidang negara yang melibatkan keamanan nasional.

Selama bertahun-tahun, China telah menjadi korban utama serangan siber. Data yang diperoleh Global Times dari perusahaan keamanan mengungkapkan rincian lebih dari 2.700 serangan siber tingkat lanjut oleh setidaknya 40 organisasi peretas tingkat tinggi di luar negeri terhadap China dalam beberapa tahun terakhir, yang ditujukan untuk industri, pemerintah, universitas, dan institusi medis.

Sebuah laporan yang sebelumnya diperoleh Global Times dari Pusat Tanggap Darurat Virus Komputer Nasional mengungkapkan bahwa China menangkap alat mata-mata yang digunakan oleh NSA AS, yang mampu bersembunyi di komputer korban untuk mengakses informasi sensitif dan ditemukan telah mengendalikan peralatan internet global dan mencuri sejumlah besar informasi pengguna.

Polisi mengingatkan masyarakat bahwa keamanan siber bukanlah masalah kecil. Individu dan organisasi memiliki hak untuk melaporkan kasus ke polisi sesuai dengan undang-undang keamanan siber negara tersebut. Organ keamanan publik akan sangat menindak perilaku ilegal.