PGN Kebut 10 Proyek Gasifikasi Pembangkit Listrik Cluster Nusra dan Sultra
JAKARTA - PT Perusahaan Gas Negara (PGN) tengah mempercepat pembangunan 10 titik di Cluster Nusa Tenggara (Nusra) dan Sulawesi Tenggara (Sultra) yang saat ini telah memasuki tahap perizinan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut (KKPRL) Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Program ini merupakan Proyek Gasifikasi Pembangkit Listrik yang tertuang dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 2 Tahun 2022.
Direktur Infrastruktur dan Teknologi PGN Achmad Muchtasyar menyatakan, PGN berkomitmen menjalani seluruh proses proyek regasifikasi pembangkit listrik sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Persetujuan KKPRL terkait Fasilitas Jetty merupakan salah satu tahapan penting di mana nantinya fasilitas tersebut akan dimanfaatkan dalam proses transfer LNG sebagai moda transportasi gas antar pulau.
Adapun kluster Nusa Tenggara (NTB & NTT) terdiri dari Jeranjang-Lombok NTB di MPP Jeranjang dan PLTG/ PLTGU Lombok Peaker, Sumbawa NTB di PLTMG Sumbawa, Bima NTB di PLTMG Bima, Rangko-Flores NTT di PLTMG Rangko (Flores), Maumere NTT di PLTMG Maumere, Alor NTT di PLTMG Alor, Waingapu NTT di PLTMG Waingapu, dan Kupang NTT di PLTMG Kupang.
Sedangkan kluster Sulawesi Tenggara (Sultra), yakni Konawe-Kendari di PLTMG Kendari, dan Bau-Bau di PLTMG Bau-Bau.
Kebutuhan gas bumi untuk kluster Nusra dan Sultra direncanakan akan dipasok lewat moda LNG dari Bontang, dengan total demand kluster Nusra sekitar 28 BBTUD dan Sultra sekitar 4 BBTUD.
Achmad bilang, ada beberapa lokasi regasifikasi PLTMG yang masuk ke dalam Zona Konservasi Laut yakni PLTMG Alor, PLTMG Waingapu dan PLTMG Kupang.
Untuk itu, perencanaan infrastruktur harus matang, sehingga sesuai dengan komitmen PGN terhadap pelaksanaan operasi gas bumi yang aman dan berkelanjutan, setiap aspek dalam pelaksanaan proyek ini harus diperhatikan.
"PGN sangat concern terhadap aspek lingkungan dan keselamatan ekosistem sekitar proyek yang menjaga kelangsungan kehidupan dan habitat laut sekitar,” jelas Achmad dalam keterangan tertulis, yang dikutip Rabu, 15 Juni.
Achmad menambahkan, kondisi lingkungan regasifikasi juga menantang, karena pembangkit listrik secara umum terletak di pinggir pantai dengan kondisi gelombang yang cukup tinggi dan tanah berbatu.
Bagi PGN, proyek regasifikasi pada pembangkit listrik menjadi semacam bridging atau pintu masuk untuk hadir ke seluruh segmen pengguna gas bumi baik industri, komersial, UMKM, rumah tangga dan transportasi.
Baca juga:
Dengan diawali dari kebutuhan anchor gas bumi dari beberapa lokasi pembangkit listrik milik PLN yang telah ditetapkan, PGN sebagai subholding gas Pertamina akan memasuki pasar Indonesia Timur sehingga perluasan pemanfaatan gas bumi bagi seluruh wilayah negeri ini dapat segera terwujud.
"Apabila gas tersebut sudah berada di beberapa lokasi Nusa Tenggara maupun Sulawesi Tenggara, maka akan mudah bagi PGN untuk masuk ke sektor-sektor ritel yang ada di sekitar wilayah tersebut," ujar Achmad.
PGN berkomitmen memperluas dan meningkatkan pemanfaatan gas bumi nasional dan melayani secara terintegrasi kebutuhan gas bumi dari hulu sampai hilir serta menjadi solusi nyata pemanfaatan gas bumi sebagai energi transisi yang ramah lingkungan menuju net zero emission.