Cegah Wabah PMK, Pusvetma Surabaya Akan Produksi Vaksin Inaktif
SURABAYA - Pusat Veteriner Farma (Pusvetma) Surabaya akan memproduksi vaksin untuk mencegah penularan virus penyakit mulut dan kuku (PMK). Selain diminta Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, produksi vaksin ini juga arahan langsung dari Menteri Pertanian.
"Namanya adalah Vaksin Inaktif (Killed vaccine), dan untuk pengembangan vaksin ini akan dilakukan dengan metode kultur jaringan," kata Kepala Pusvetma Surabaya, Edi Budi Susila, di Surabaya, Rabu, 25 Mei.
Edi menjelaskan, Vaksin Inaktif ini adalah jenis vaksin yang mengandung virus yang sudah dijinakka, atau sudah dimatikan dengan suhu panas, radiasi, atau bahan kimia. Proses ini membuat virus tetap utuh, namun tidak mempunyai kemampuan untuk berkembang biak.
"Nah, vaksin ini berfungsi untuk melindungi hewan ternak yang belum terjangkit virus PMK. Untuk yang sudah terjangkit, tentu kami akan maksimalkan pengobatan dan perawatannya," ujarnya.
Saat ini, lanjut Edi, pihaknya bersama berbagai pihak terus menggencarkan edukasi bagi para peternak akan pentingnya menjaga kesehatan hewan.
Baca juga:
- PBB Puji Jokowi Soal Penanganan Pandemi COVID-19 di Indonesia
- Larangan Warga Arab Saudi ke Indonesia Tidak Berpengaruh pada Ibadah Haji
- Sebelum Membantai 21 Orang, Pelaku Penembakan di SD Texas Coba Bunuh Neneknya Tapi Gagal
- Digadang-gadang Maju Pilpres 2024, Jenderal Andika Perkasa: Terima Kasih Dukungannya, Saya Fokus Bekerja
Pasalnya, di beberapa daerah masih ditemukan adanya petani yang tidak paham penanganan hewan ternak yang terindikasi tertular PMK.
"Misalnya, hewan harus diberi vitamin agar imunitasnya bertambah dan mencegah penularan. Cuci mulut sapi dengan NaCL, lalu bersihkan kandang dengan disinfektan setiap pagi dan sore, pastikan pula kebersihan kandang dan alatnya selalu terjaga," katanya.
Edi mengatakan, jajaran Pusvetma dan Tim Pakar sangat terbuka apabila ada penambahan Guru Besar dari wilayah lain, untuk turut bergabung dalam upaya percepatan penanganan PMK hewan ternak melalui pembuatan vaksin.
"Kami sangat senang kalau misal ada guru besar yang direkomendasi Bu Gubernur. Tentu kami sangat terbuka jika ada Guru Besar dari tempat lain, untuk bergabung guna percepatam pembuatan vaksin ini," ujarnya.