Kisah dari Spanyol dan Prancis Gambarkan Kelelahan Emosional yang Dialami Tenaga Medis Dunia Akibat COVID-19
JAKARTA - Pandemi COVID-19 mulai menyerang aspek mental. Tenaga medis di Spanyol hingga Prancis dilanda kelelahan emosional. Kondisi itu membuat mereka turun ke jalan menuntut keberpihakan otoritas.
Di Prancis, ratusan tenaga medis berunjuk rasa di Nice Riviera pada Kamis, 15 Oktober. Dalam aksi tersebut, gabungan dokter dan perawat menuntut empunya kebijakan memperkerjakan lebih banyak tenaga kesehatan selama pandemi COVID-19.
Para tenaga medis mengatakan kondisi kini makin sulit bagi mereka dengan banyaknya tenaga medis yang mulai kelelahan secara emosional. Melansir Reuters, Kamis, 15 Oktober, para pengunjuk rasa tampak berkumpul di depan sebuah kantor pos di Nice Riviera.
Perwakilan tenaga medis kemudian secara seremonial mengirim kartu pos yang memuat keluhan mereka kepada Presiden Emmanuel Macron. Dalam pesan tersebut, para tenaga medis meminta Macron lebih memedulikan nasib mereka. Spanduk besar berisi pesan keluhan dibentangkan, salah satunya: Pekerjakan lebih banyak. Latih lebih banyak. Kami lelah.
Para peserta aksi melengkapi diri dengan masker besar, lengkap dengan baju kebesaran mereka sebagai tenaga medis. Mereka juga telah satu suara meminta Macron secepatnya mengeluarkan perintah menambah tenaga medis untuk ruang gawat darurat, panti jompo, dan menaikkan gaji mereka yang berjuang mati-matian melawan COVID-19.
Pasien COVID-19 di Prancis terus meningkat setelah mereka memutuskan mengakhiri kuncitara wilayah. Tercatat, hampir setengah dari semua tempat tidur yang tersedia di rumah sakit pada wilayah Paris sudah terisi oleh pasien COVID-19. Oleh sebab itu, tenaga medis mulai melakukan protes di kota-kota besar, seperti Paris, Nantes, dan Nice.
Sejauh ini, Prancis mengonfirmasi 788.117 kasus penularan COVID-19. Di antara itu, terdapat 32.788 kasus meninggal dunia.
Hal sama terjadi di Spanyol. Kepala Perawatan Rumah Sakit Infanta Sofia, Madrid mengatakan lonjakan pasien COVID-19 makin membuat mereka kewalahan. "Saat ini kami mengalami lonjakan (pasien) yang benar-benar membuat kami kewalahan. Kami harus menambah jumlah tempat tidur lima kali lipat,” Dr Miguel Angel Gonzalez Gallego, mengatakan pada CNA, Kamis, 15 Oktober.
Selain penambahan pasien, Gonzalez mengungkap masalah lain, yakni kekurangan alat pelindung diri serta peralatan medis lainnya. Itulah mengapa tenaga medis semakin mendapat tekanan emosional.
"Kemudian tiba-tiba Anda menemukan diri Anda dengan wabah terus mengancam. Itu menghasilkan perasaan kelelahan emosional yang tidak kami alami selama gelombang pertama," kata Gonzalez.
Baca juga:
Sebelumnya, sejak Spanyol sudah tidak memberlakukan kuncitara wilayah, tingkat penularan COVID-19 terus melonjak. Itulah yang membuat tenaga medis tampak kewalahan karena pasien COVID-19 yang dirawat inap cukup banyak. Akan tetapi, kondisi jauh terkendali karena mereka dengan gejala COVID-19 akut relatif lebih rendah.
Pemandangan sehari-hari di rumah sakit Infanta Sofia pun begitu. Setiap harinya para tenaga medis selalu melindungi diri dengan menggunakan masker ganda, lengkap dengan alat pelindung lainnya. Cara itu dilakukan agar mereka dapat bersentuhan langsung dengan pasien yang disinyalir oleh mereka sebagai suntikan semangat melawan COVID-19.
"Kami masih memiliki banyak orang sakit yang dirawat dan kami tidak melihat penurunan yang jelas untuk menjadi sangat optimis," tambahnya.
Sejauh ini, Spanyol mengonfirmasi 908.056 kasus penularan COVID-19. Di antara itu, terdapat 33.413 kasus meninggal dunia.