Cegah Penyakit Hepatitis Akut Misterius, DPR Minta Masyarakat Ikuti Kebijakan Pemerintah
JAKARTA - Anggota Komisi IX DPR Rahmad Handoyo mengapresiasi sejumlah langkah pemerintah dalam upaya mencegah penyakit hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya. Dia mengajak masyarakat untuk mengikuti anjuran dan kebijakan pemerintah guna menghindari penyakit misterius tersebut.
"Penunjukan Rumah Sakit Sulianti Saroso sebagai rumah sakit rujukan dan Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia sebagai tempat pemeriksaan spesimen sudah tepat dan kita ikuti," ujar Rahmad Handoyo, Rabu, 11 Mei.
Politikus PDIP itu mengatakan, hepatitis akut sudah dinyatakan sebagai kejadian luar biasa di berbagai negara. Namun, Rahmad meminta masyarakat tidak berasumsi terkait penyebab hepatitis akut ini.
"Saya pikir kita serahkan ke ahlinya terkait penyebab dan bagaimana pengobatannya," katanya.
Disisi lain, Rahmad menilai, keputusan pemerintah menerbitkan Surat Edaran Kewaspadaan ke dinas kesehatan di seluruh kabupaten/kota sudah tepat. Sebab, edaran itu dimaksudkan agar masyarakat tidak panik, tapi terus meningkatkan kewaspadaan dan hati-hati.
Menurutnya, masyarakat juga perlu mempelajari gejala dan langkah pencegahan hepatitis akut. Sehingga bisa segera memeriksakan diri jika mengalami gejala penyakit ini.
"Ikuti anjuran pemerintah. Segera ke rumah sakit bila ada gejala berat terpapar hepatitis, agar potensi tertolong semakin besar," pungkas Rahmad.
Sebelumnya, Ketua Umum PP IDAI dr Piprim Basarah Yanuarso, merespons adanya 15 kasus Hepatitis misterius yang mulai menjangkiti Indonesia. Dia mengimbau para orang tua untuk tidak panik serta memastikan anak-anak mengonsumsi makanan matang.
Baca juga:
"Kita sama-sama prihatin dengan kondisi yang ada, tapi kami imbau orang tua jangan panik dan media juga jangan membuat panik massal karena tidak bagus untuk masyarakat," ujar dr Piprim dalam diskusi daring bertajuk 'Serba-Serbi Penyakit Anak Pasca Lebaran', Selasa, 10 Mei.
Saat ini, lanjut dr Piprim, IDAI berkerja sama dengan Kemenkes dan berbagai pihak sedang terus melakukan investigasi terhadap penyakit tersebut. Meliputi penyebab seperti apa dan juga terus melakukan surveillance dan kewaspadaan dini.
"IDAI setiap Senin mengadakan rapat koordinasi dan pada rapat terakhir itu berbagai daerah belum banyak melaporkan baru yang dari Tulungagung dan Sumatera Barat, tapi itupun kasusnya belum masuk kriteria probable, jadi masih dalam penyelidikan," ungkap dr Piprim.
Oleh karena itu, sambungnya, langkah-langkah yang dilakukan adalah pertama edukasi tentang PHBS atau perilaku hidup bersih dan sehat. Kedua, semua pihak harus meneruskan protokol kesehatan.
"Selama pandemi kita sudah belajar mengatasi penularan melalui saluran pernafasan melalui masker, jaga jarak, cuci tangan dan seterusnya," jelas dr Piprim.
"Kemudian dilengkapi bagaimana menghindari penularan lewat saluran cerna. Konsumsi makanan matang, hindari pencemaran," sambungnya.
IDAI juta meningkatkan surveillance kewaspadaan dini untuk para anggota IDAI dimana saja di Indonesia untuk mewaspadai dan melakukan rujukan dengan segera apabila ditemukan pasien yang memenuhi kriteria. Misalnya gejala pencernaan dengan BAB pucat dan lainnya. Kemudian, kalau perlu dilakukan pemeriksaan fungsi hati.
"Jadi sampai saat ini kami bersama Kemenkes masih terus menantikan hasil investigasinya. Paling penting kita melakukan surveillance kewaspadaan dini supaya kasus itu bisa terjaring sedini mungkin. Jangan sampai Hepatitis akut yang berat baru dirujuk ke RS, nanti hasilnya tidak maksimal," pungkas dr Piprim.