Harga Minyak Dunia Meningkat Usai Munculnya Potensi Larangan Minyak Mentah dari Rusia
JAKARTA - Harga minyak berbalik arah menjadi menetap di wilayah positif pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB) 2 Mei, di tengah reli di pasar minyak diesel dan kekhawatiran bahwa pasokan mungkin dibatasi oleh potensi larangan Uni Eropa terhadap minyak mentah Rusia.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juli naik 44 sen atau 0,4 persen, menjadi menetap di 107,58 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni bertambah 48 sen atau 0,5 persen, menjadi ditutup di 105,17 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Diesel berjangka terus menguat setelah beralih ke kontrak Juni pada Senin 2 Mei, melonjak 5,0 persen menjadi 4,0172 dolar AS per galon, karena rendahnya pasokan persediaan secara global memberikan tekanan pada harga WTI dan Brent.
"Item utama adalah penguatan lebih lanjut di pasar diesel yang bertindak untuk menarik minyak mentah lebih tinggi," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois.
Kedua acuan turun lebih dari 2,00 dolar AS di awal sesi di tengah berita bahwa Komisi Eropa dapat menghindarkan Hungaria dan Slovakia dari embargo minyak Rusia saat bersiap untuk menyelesaikan sanksi berikutnya terhadap Rusia pada Selasa waktu setempat.
Harga minyak "telah melihat hari-hari keuntungan dan kerugian bergantian hampir seperti jarum jam," karena "faktor-faktor yang berpengaruh membatalkan satu sama lain," ungkap Carsten Fritsch, analis energi di Commerzbank Research, mengatakan dalam sebuah catatan pada Senin 2 Mei.
Kekhawatiran atas risiko pasokan terus berperan, karena Uni Eropa tampaknya bergerak menuju embargo minyak terhadap Rusia, katanya.
Uni Eropa cenderung melarang impor minyak Rusia pada akhir tahun, menurut dua diplomat Uni Eropa, setelah pembicaraan antara Komisi Eropa dan negara-negara anggota Uni Eropa selama akhir pekan.
“Hungaria tidak akan memilih tindakan apa pun yang disiapkan oleh Uni Eropa yang dapat membahayakan keamanan pasokan minyak atau gasnya,” kata Menteri Luar Negeri Peter Szijjarto, menegaskan kembali posisi negara itu pada Senin 2 Mei kepada televisi RTL.
Sekitar setengah dari 4,7 juta barel per hari (bph) ekspor minyak mentah Rusia pergi ke Uni Eropa. Jumlah ini memasok sekitar seperempat dari impor minyak blok itu pada tahun 2020.
Baca juga:
Di sisi permintaan, aktivitas pabrik AS tumbuh pada laju paling lambat dalam hampir dua tahun pada April, menurut survei dari Institute for Supply Management (ISM) pada Senin, 2Mei. Indeks ISM aktivitas pabrik nasional turun ke angka 55,4 bulan lalu, yang masih dianggap sebagai tanda ekspansi.
"Data ekonomi AS masih mengindikasikan ekspansi di sektor manufaktur, jauh dari angka resesi," kata Phil Flynn, analis pasar di Price Futures Group di Chicago.
Pasar di Jepang, Inggris, India dan di seluruh Asia Tenggara ditutup untuk hari libur umum pada Senin 2 Mei.
China merilis data pada Sabtu 30 April yang menunjukkan bahwa aktivitas pabrik di ekonomi terbesar kedua di dunia itu mengalami kontraksi untuk bulan kedua berturut-turut ke level terendah sejak Februari 2020 karena penguncian terkait pandemi COVID-19.
"Perlambatan sejauh itu, ketika China sudah menderita kehancuran properti dan kekhawatiran tentang peraturannya yang (sampai baru-baru ini) meningkat, berpotensi menjadi masalah besar bagi pasar komoditas dan ekonomi dunia," kata Tobin Gorey, analis komoditas Commonwealth Bank, mengatakan dalam sebuah catatan yang dikutip Antara.