Kredit dan Simpanan Tumbuh Double Digit, Aset Bank Permata Tembus Rp241 Triliun

JAKARTA - PT Bank Permata Tbk mencatat pertumbuhan aset sebesar 18,4 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp241 triliun pada kuartal I 2022. Pencapaian ini ditopang pertumbuhan kredit yang naik 10 persen menjadi Rp129 triliun, dan simpanan nasabah yang meningkat 23,3 persen.

Direktur Utama PermataBank Chalit Tayjasanant mengatakan pertumbuhan aset seiring dengan meningkatnya pendapatan operasional sebesar 21,9 persen (yoy) pada kuartal I 2022. 

“Dalam komitmen ini, Bank Permata tetap menjalankan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit yang diberikan mengingat dampak pandemi yang masih terus berlanjut dan secara tidak langsung telah menyebabkan peningkatan risiko kredit inheren,” ujarnya dalam keterangan tertulis dikutip Antara, Sabtu 30 April.

Bank Permata juga membukukan pendapatan operasional sebesar Rp2,9 triliun, atau tumbuh sebesar 21,9 persen (yoy) sehingga laba operasional sebelum pencadangan tercatat sebesar Rp1,5 triliun.

Pertumbuhan pendapatan operasional dikontribusi dari pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 4,2 persen dan pendapatan non-bunga sebesar 113,3 persen sejalan dengan pertumbuhan penyaluran kredit sampai dengan akhir Maret 2022.

“Hal ini juga mencerminkan pengelolaan dana, baik simpanan nasabah maupun dana setoran modal dari pemegang saham, dapat dikelola secara optimal,” kata dia.

Selain itu, Permata tetap menerapkan manajemen biaya operasional secara optimal tercermin dari perbaikan rasio Beban Operasional dibandingkan Pendapatan Operasional (BOPO) menjadi sebesar 72,5 persen atau membaik 9,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 82,3 persen.

Permata juga memastikan kecukupan pencadangan kerugian penurunan nilai secara pruden untuk mengantisipasi potensi kerugian mengingat dampak pandemi COVID-19 yang masih berlanjut di tahun berjalan.

Dari sisi kualitas kredit, rasio kredit bermasalah (NPL) gross di Maret 2022 terjaga pada level 3,17 persen dan rasio NPL net di 0,6.

“Hal ini sejalan dengan kebijakan Bank untuk membukukan pencadangan kerugian kredit secara pruden dalam mengantisipasi potensi kerugian kredit,” kata Tayjasanant.

Rasio permodalan Permata terlihat dengan rasio kecukupan modal inti (Capital Adequacy Ratio/CAR) dan CET-1 masing-masing sebesar 33,1 persen dan 25,4 persen.

“Komitmen berkelanjutan dari Permata untuk terus mendukung Pemerintah Indonesia dalam pemulihan perekonomian diwujudkan dengan menjalankan fungsi intermediasi finansial secara efektif dan efisien,” ujarnya.