Wahai Pemerintah, Logistik Korban Gempa Simpang Timbo Abu Pasaman Barat Hanya Cukup untuk Satu Minggu
JAKARTA - Korban gempa Simpang Timbo Abu Kecamatan Kecamatan Talamau Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, tengah resah. Pasalnya, logistik di lokasi pengungsian mulai menipis.
Salah satu Relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT) di lokasi pengungsian yang tak disebutkan namanya, mengatakan logistik makanan masih cukup untuk satu minggu saja.
"Logistik kebutuhan makanan pengungsi untuk satu minggu ke depan masih cukup. Namun selanjutnya tidak ada lagi karena sudah menipis," katanya, seperti dilansir Antara.
Saat ini, ada sekitar 40 Kepala Keluarga atau 150 jiwa. Untuk itu, dia mengatakan, ketersediaan logistik harus ada menjelang Lebaran 1443 Hijriah ini.
"Kami berharap ada donatur yang bisa menyediakan logistik ini agar pengungsi nantinya tidak kehabisan stok untuk makan," sebutnya.
Selama ini, relawan ACT mengatakan, logistik yang ada di lokasi pengungsian datang dari pemerintah, bantuan organisasi dan relawan. "Logistik itu berupa beras, telur, sayur mayur, ikan, mie instan dan berbagai kebutuhan lainnya," tuturnya.
Baca juga:
- Polresta Tangerang Bakal Hadirkan Parkir Khusus Pemudik, Ini Tujuannya
- Prakiraan Cuaca Sabtu 23 April: Sebagian Kota Besar di Indonesia Hujan
- Rumah Sering Kebanjiran, Warga Komplek Jerman Pesanggrahan Gugat Anak Buah Anies ke PTUN
- Selama 10 Hari, Polda Banten Tangkap 54 Pelaku Kejahatan dari Berbagai Wilayah
Salah seorang pengungsi, Yosmaneli (35) membenarkan logistik yang ada mulai menipis dan perlu penambahan. Sejak hari pertama gempa 25 Februari 2022 lalu, ia bersama pengungsi lainnya hanya bisa berharap bantuan para dermawan.
Mereka masih bertahan di tenda hingga saat ini karena mengharapkan dibangunkan hunian sementara karena rumah mereka hancur dilanda gempa.
"Rumah saya hancur dan saya sudah berada di tenda pengungsian ini sejak hari pertama Saya masih bertahan karena tidak tau mau pulang kemana. Lebaran pun kami hampir dipastikan di tempat pengungsian ini," sebutnya.
Ia mengatakan dengan kondisi rumah yang hancur, ia bersama anaknya terpaksa melaksanakan ibadah puasa di tenda pengungsian seadanya.
Dengan menu seadanya mulai dari air teh, goreng telur, dan sambal lado mereka melaksanakan makan sahur dan berbuka puasa di tenda pengungsian.
"Kami berharap pemerintah dapat segera membangunkan hunian sementara atau hunian tetap sehingga kami bisa pulang lagi," harapnya.