Putin Menghabiskan Usia untuk Memimpin Rusia
JAKARTA - Tepat hari ini, 7 Oktober, Presiden Rusia Vladimir Putin genap berusia 68 tahun. Dua puluh tahun lebih berada di puncak kekuasaan, Putin menjadi pemimpin yang ahli dalam memahami masyarakat Rusia. Namun, di sisi lain kekuatan Putin dalam memimpin Rusia juga dikarenakan tipu muslihat dan agresinya.
Dengan tangan dinginnya, Putin berhasil mengintervensi Ukraina, mencaplok Krimea pada Maret 2014. Di Suriah, Putin mengebom pemberontak antipemerintah dalam sebuah langkah yang memperkuat pasukan pemerintah Suriah.
Hal itu mengejutkan banyak pengamat. Selain itu Putin tidak merahasiakan tekadnya untuk menegaskan kembali kekuasaan Rusia setelah bertahun-tahun dianggap dipermalukan oleh AS dan sekutu NATO-nya. Mengutip BBC, Putin sendiri berkuasa di Rusia sejak 2000. Ia menjadi pemimpin Kremlin terlama sejak diktator Uni Soviet, Joseph Stalin, yang meninggal pada 1953.
Pemungutan suara nasional yang kontroversial tentang reformasi konstitusional kini memberinya kesempatan untuk tetap berkuasa setelah masa jabatan keempatnya saat ini, yang berakhir pada 2024. Putin dapat terus berkuasa hingga 2036, dengan sebuah dasar hukum.
Pada 1 Juli, Rusia menghitung hasil pemungutan suara nasional selama seminggu, termasuk amandemen konstitusi yang memungkinkan Putin untuk mencabut batas masa jabatan dan tetap menjadi presiden hingga 2036. Putin sebelumnya dijadwalkan untuk meninggalkan jabatannya pada 2024, meskipun sebagian besar pengamat memperkirakan dia kemungkinan akan menemukan cara untuk mengulurnya.
Rencana kepemimpinan Rusia menjadi lebih jelas pada Maret, saat tahap awal krisis COVID-19. Parlemen Rusia mengeluarkan sejumlah besar usulan perubahan konstitusional. Hal itu termasuk perubahan yang akan mengatur ulang batas masa jabatan presiden, yang secara efektif dapat menjadikan Putin sebagai presiden Rusia selama sisa hidupnya atau setidaknya sebagian besar hidupnya.
Namun di sisi lain, alasan Putin masih populer dikarenakan sebagai orang yang berhasil membawa Rusia. Tanggapan Putin terhadap kekacauan ekonomi dan politik pada dekade pertama pasca-Soviet adalah dengan menampilkan dirinya sebagai pemimpin yang akan menertibkan.
Sebelum kemenangan pertamanya dalam pemilihan presiden, Putin terkenal memperingatkan pemberontak bersenjata bahwa dia akan memusnahkan mereka. Dengan kata-kata kerasnya dan menambahkan tindakan, Putin berani mengunjungi pasukan yang bertempur dalam konflik.
Baca juga:
Putin juga dianggap dapat memikat rekan-rekannya di panggung internasional. Cara dan pendekatan bisnisnya awalnya disambut oleh banyak orang di barat. Popularitasnya didukung oleh keunggulan harga minyak yang melonjak di pada 2000-an dan banyak orang Rusia menemukan diri mereka lebih kaya dari sebelumnya.
Seperti para pemimpin di seluruh dunia, Putin juga menghadapi tantangan menanggapi COVID-19. Pukulan ekonomi juga diderita Rusia dengan laporan bank sentral Rusia mengalami penurunan PDB hingga 4-6 persen pada 2020.
Putin kembali menunjukkan kekuatannya dengan menyetujui vaksin COVID-19 yang diberi nama Sputnik V. Vaksin buatan rakyat pun kontroversial karena dianggap belum menyelesaikan ujicoba yang terdiri dari tiga fase. Namun ibaratnya, Putin sudah berkata, maka kehendak itu harus dijalankan. Bahkan pada sidang PBB, Putin menyatakan Rusia siap berbagi pengalamannya dalam pengembangan vaksin dan negaranya telah memasok vaksin ke negara lain.