Batik Besurek Khas Bengkulu Bisa Bertahan dari Hantaman Pandemi COVID-19 Karena Faktor Ini
JAKARTA - "Badai" pandemi COVID-19 nampaknya tak berdampak pada batik besurek khas Provinsi Bengkulu. Terbukti, batik yang memiliki gabungan kaligrafi dan bunga Rafflesia ini tetap eksis di kalangan masyarakat.
Beberapa faktor yang membuat batik besurek ini tetap dicari di tengah pandemi COVID-19. Selain lebih diterima di kalangan remaja, batik ini memang punya nilai jual tersendiri.
Salah satu perajin batik besurek di Kota Bengkulu, Doni Roesmandani mengatakan, dirinya tetap banyak pesanan meskipun di tengah pandemi COVID-19.
"Sebab batik besurek memiliki nilai jual tersendiri atau berbeda dengan jenis batik lainnya yang dijual oleh perajin atau pelaku usaha lainnya," kata Doni, seperti dinukil dari Antara, Sabtu 16 April.
Doni mengaku, memproduksi batik besurek masih menggunakan cara tradisional, yaitu dengan cara batik tulis. Cara ini memiliki tingkat kesulitan yang tinggi serta warna yang lebih eksklusif.
Baca juga:
- Bea Cukai Malang Gagalkan Pengiriman Rokok Ilegal Lewat Jasa Ekspedisi
- Gubernur Ridwan Kamil Lepas Pengiriman Perdana Minyak Goreng Curah Bersubsidi via Aplikasi Pemirsa Budiman
- Syarat Vaksin Booster Jadi Fokus Satgas Penanganan COVID-19 Kota Mataram dalam Pengawasan Mudik Lebaran 2022
- Erick Thohir Sambut UU TPKS dengan SE Respectful Workplace Policy di BUMN
Oleh karena itu, harga batik besurek yang dijual lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga batik yang di cetak ataupun di sablon. Untuk harga batik besurek miliknya di jual mulai dari Rp200 ribu hingga Rp2,5 juta per kain, tergantung dengan tingkat kesulitan produksi.
Lanjut Doni, batik besurek hasil produksinya telah dijual ke berbagai daerah di luar Provinsi Bengkulu seperti Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, bahkan ke luar negeri seperti Malaysia, Singapura bahkan Turki.
Meskipun masih pandemi COVID-19, pendapatan yang dihasilkan dari menjual batik besurek tidak terlalu berpengaruh bahkan omset penjualan sejak pandemi mencapai puluhan juta.