Kemenag: Hilal 1 Ramadan Tak Terlihat
JAKARTA - Anggota Tim Unifikasi Kalender Hijriah Kementerian Agama (Kemenag), Thomas Djamaluddin mengungkapkan pengamatan posisi hilal pada sidang isbat penentuan 1 Ramadan 1443 Hijriah.
Thomas mengungkapkan, pemerintah mengunakan kriteria baru yang disepakati MABIMS (Menteri-Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura) pada tahun 2017.
Di mana, awal bulan Ramadan masuk jika posisi hilal saat matahari terbenam sudah 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat. Hilal merupakan bulan sabit kecil yang terlihat tepat setelah matahari terbenam.
Saat ini, kata Thomas, posisi hilal di Indoesia secara umum kurang memenuhi kriteria Imkanur Rukyat MABIMS tersebut. Hal ini diungkapkan dalam seminar posisi hilal sidang isbat.
"Kalau menggunakan kriteria Imkanur Rukyat MABIMS yang baru, ini menunjukkan Indonesia yang sebelah kanan itu jauh dari kriteria MABIMS yang baru. Artinya, di Indonesia ini hilalnya terlalu rendah dan tidak mungkin bisa mengalahkan cahaya syafaq, sehingga tidak mungkin untuk terlihatnya hilal," urai Thomas, Jumat, 1 April.
Bahkan, kata Thomas, posisi ketinggian hilal itu secara umum saat ini kurang dari 2 derajat, hanya wilayah Sumatera dan sebagian Jawa yang 2 derajat.
"Jadi, kalaupun menggunakan kriteria lama, ini hanya sekitar wilayah Jawa dan wilayah Sumatera," ujarnya.
Baca juga:
- Mahfud MD: Satgas BLBI Sita Aset Obligor dan Debitur Lebih dari Rp19 Triliun
- Bareskrim Sita 50 Rekening Berisi Duit Belasan Miliar di Kasus Robot Trading Viral Blast, Total Sementara yang Disita Rp90 Miliar
- Tanggapi Pemecatan Terawan oleh IDI, Menko PMK: Keduanya Bertujuan Baik Tapi Pertemuannya Tak Intens
Lalu bagaimana bila nanti ada yang menyaksikan hilal atau mengaku melihat Hilal? Thomas menjelaskan, berdasarkan kriteria ini, secara astronomi diduga yang dilihat bukanlah hilal.
"Jadi tentu saja berdasarkan analisis astronomi, ini mestinya kesaksian Hilal ini akan ditolak. Tentu saja nanti kita putuskan pada sidang isbat tetapi inilah data astronomi yang mestinya menjadi pernah pertimbangan kita semua," tutur Thomas.
Diketahui, sidang isbat penetapan 1 Ramadan 1443 H ini digelar secara hybrid, yakni lewat daring dan luring dengan menerapkan protokol kesehatan. Sidang isbat dibagi dalam tiga tahap, yakni pemaparan posisi hilal berdasarkan hasil hisab, pelaksanaan sidang isbat penetapan awal Ramadan, dan telekonfernsi pers hasil sidang isbat.
Sidang isbat ini melibatkan Tim Unifikasi Kalender Hijriah Kementerian Agama, duta besar negara sahabat, dan perwakilan ormas Islam. Sidang ini juga melibatkan perwakilan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), dan undangan lainnya.