Lewat Manga, Komikus Jepang Soroti Penderitaan Etnis Uighur di China
JAKARTA - Seorang Mangaka atau komikus asal Jepang, Tomomi Shimizu, membuat komik yang menceritakan penderitaan etnis muslim Uighur di China. Manga yang berjudul 'What Has Happened to Me' bahkan sudah diterjemahkan ke dalam 10 bahasa, di antaranya adalah Mandarin, Uighur, dan Bahasa Inggris.
Karyanya itu sempat menjadi viral di jagat media sosial dan dibaca lebih dari 330 ribu kali secara online. Shimizu mengatakan penyiksaan suku Uighur menjadi isu terhangat di negara-negara Barat karena memperlihatkan kekejaman pemerintah China.
Komik berformat empat panel ini diambil dari pengalaman nyata, seorang wanita bernama Mihrigul Tursun. Seorang wanita etnis Uighur yang kini menetap di Amerika Serikat (AS) setelah berhasil lolos dari pemerintahan China.
Dalam komik, Mihrigul Tursun sempat ditahan oleh otoritas China meskipun tidak melakukan kejahatan. Ia dipisahkan dari anak-anaknya yang merupakan kembar tiga yang masih berusia 45 hari. Mihrigul Tursun juga kerap dipukuli dengan tongkat listrik.
Mihrigul Tursun dibebaskan bersyarat hanya untuk mengetahui bahwa salah satu dari anak kembar tiganya meninggal dalam tahanan pemerintah. Kemudian, dia dipenjara lagi, di ruangan yang begitu ramai sehingga tahanan harus bergiliran untuk berbaring.
Setelah mengalami penahanan ketiga kalinya, Tursun bertanya mengapa dia harus menghadapi begitu banyak kesulitan. Seorang pejabat mengatakan: "Itu karena kamu Uighur".
Shimizu mengunggah "What Has Happened to Me" di akun Twitter-nya pada 31 Agustus. Segera, pesan-pesan mulai mengalir "seperti air terjun", dan di-retweet 8.000 kali dalam beberapa jam.
"Masalah Uighur telah dikenal luas di kalangan orang-orang yang terjun ke dunia politik. Namun tak banyak kalangan umum yang mengetahuinya. Kesenjangan informasi tersebut sangat mengejutkan," kata Shimizu, dikutip dari Reuters, Senin 30 Desember 2019.
"Saya memutuskan untuk menggunakan manga karena saya percaya manga memiliki kekuatan untuk menyampaikan sesuatu kepada orang-orang dengan cara yang mudah dipahami," tambah wanita berusia 50 tahun tersebut.
Baca juga:
Kekerasan terhadap Uighur di China
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan kelompok hak asasi manusia memperkirakan bahwa antara 1 juta hingga 2 juta orang sebagian besar dari mereka adalah etnis Uighur Muslim, telah ditahan dalam kondisi yang mengenaskan di wilayah Xinjiang di barat laut China. Hal tersebut diakui China bagian dari kampanye anti terorisme. China mengatakan Xinjiang menghadapi ancaman dari militan dan kelompok ekstrem.
Namun China menolak tuduhan adanya penganiayaan dan penahanan massal. Pemerintah Negeri Tirai Bambu tersebut mengatakan bahwa pihaknya hanya berusaha untuk mengakhiri tindak ekstremisme dan kekerasan di Xinjiang melalui pendidikan dan menawarkan prospek pekerjaan yang lebih baik kepada Uighur dengan melakukan pelatihan.
Kementerian luar negeri China tidak segera menanggapi komentar yang telah meluas secara global terkait Uighur. Pemerintah China menuduh Mihrigul Tursun menyebarkan informasi bohong tentang penyiksaan yang dialami di Xinjiang.