Reaksi Atas Kecaman Taiwan Terhadap Rusia, Militer China Latihan Pendaratan Pasukan
JAKARTA - Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) melakukan latihan pendaratan di Laut China Timur dengan menggunakan kapal perang baru.
Satu unit kapal pendaratan besar dan dua kapal pendaratan utilitas telah melakukan pelatihan terintegrasi dalam menjalankan misi pendaratan amfibi di wilayah yang dirahasiakan di Laut China Timur, demikian pernyataan Komando Angkatan Laut Armada Timur PLA di Beijing, Sabtu.
Kapal tersebut dapat mengangkut kendaraan lapis baja berikut pasukan sehingga sangat cocok untuk menjalankan misi pendaratan berskala besar.
Komando Armada Timur menyatakan bahwa latihan tersebut untuk menguji kemampuan tempur kapal pendaratan dalam jangka waktu yang lama dan berdaya jelajah jauh.
Sementara itu, pihak Kementerian Pertahanan Nasional China (MND) mengakui bahwa lokasi latihan tersebut dekat dengan wilayah Taiwan.
Operasi PLA berada di kawasan dekat wilayah udara dan maritim Taiwan dengan mengerahkan beberapa satuan kecabangan dinas militer, kapal, dan pesawat sebagai respons terhadap pasukan pendukung kemerdekaan Taiwan, demikian juru bicara MND Kolonel Senior Tan Kefei.
"Selama pasukan separatis Taiwan tidak berhenti melakukan provokasi, PLA tidak akan berhenti bertindak demi menjaga kedaulatan nasional dan integritas teritorial," ujarnya seperti dikutip Antara.
Beijing sebelumnya juga menyoroti keprihatinan pemimpin Taiwan, Tsai Ing Wen atas invasi Rusia terhadap Ukraina.
Apa yang terjadi antara Ukraina dan Rusia itu merupakan sengketa kedua negara berdaulat. Masalah Taiwan itu urusan dalam negeri China. Empati semacam itu adalah rekayasa untuk mengeksploitasi krisis Ukraina yang berbeda sama sekali dengan situasi di Selat Taiwan, demikian MND.
Baca juga:
- Serangan Rudal dan Artileri Hujani Kiev dan Sekitarnya, Ukraina Siapkan Diplomasi dengan Rusia
- DPR Minta Segera Siapkan Operasi Evakuasi Penyelamatan 148 WNI di Ukraina
- Sebut Semua Tanda Tunjukan Rusia di Ambang Invasi ke Ukraina, Menlu AS: Kami akan Melakukan Segala yang Kami Bisa
- Akui Pernyataannya Tidak Disukai Moskow, Menlu Inggris: Saya Pergi untuk Sampaikan Pesan Jelas, Rusia-lah yang Agresor