Empat Tersangka Pembuat Surat Swab Antigen Palsu di Bandara Soetta, Hanya Modal Handphone dan Printer
TANGERANG – Cara kerja empat orang tersangka pemalsu surat swab antigen di Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) terbilang sederhana dan praktis, tidak membutuhkan perlengkapan yang banyak. Kapolresta Bandara Soekarno-Hatta, Kombes Pol Sigit SanySetiyono mengatakan, mereka bekerja hanya menggunakan handphone.
“Tersangka membuat surat keterangan hasil negatif swab antigen palsu dengan menggunakan handphone,” singkat Sigit.
Walau tergolong sederhana, keempat tersangka yakni MSF, S, HF, dan AR, memiliki peran yang berbeda. Kata Sigit, empat oknum petugas Avsec membagi peran untuk menghubungkan ke operator dan calon korban.
“HF, berperan sebagai perantara antara tersangka S, dan memberikan data calon penumpang yang memesan surat antigen palsu kepada tersangka AR,” ucapnya.
Setelah mendapat data dari konsumennya, MSF membuat surat hasil negatif Swab Antigen palsu menggunakan handphone.
Baca juga:
- Sudah Lima Bulan Berjalan, 4 Oknum Petugas di Bandara Soetta Berhasil Palsukan Ratusan Surat Swab Antigen
- Tengah Malam Kedatangan Tamu Mengerikan, Dobrak Pintu Lalu Tusuk Suami yang Sedang Tidur dengan Istri
- Tak Ingin Suaminya Direbut, Sumartinah Ancam Seorang Wanita Muda Pakai Gunting di Kafe Daerah Cipondoh
- Penganiaya Ketum KNPI Sudah Ditangkap, Tapi Polisi Diminta Ungkap Motif Dibalik Pengeroyokan yang Diduga Bermuatan Politik
“Yang berperan membuat surat keterangan hasil negatif Swab Antigen palsu dengan menggunakan handpone,” tambahnya.
Selain mengamankan empat orang tersangka, polisi juga menyita sejumlah barang bukti berupa handphone, mesin mesin printer, KTP dan lainnya.
Diberitakan sebelumnya, Polresta Bandara Soekarno-Hatta membongkar jaringan pembuat surat keterangan hasil negatif Swab Antigen palsu. Keempat pelaku ini merupakan oknum petugas Avsec yang sekarang sudah dikeluarkan karena kasus pemalsuan ini.
Kata Sigit, aksi keempat tersangka dibongkar pada Rabu, 23 Februari 2022 di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta. Mereka menjalani bisnis ilegal ini sudah lima bulan, per satu surat dihargai 200 – 300 ribu.
“Sudah 5 bulan, bahkan sedang bulan februari ada ratusan surat yang sudah dihasilkan,” jelasnya.