AS dan Inggris Tuduh Peretas Militer Rusia Berada di Balik Serangan DDoS kepada Perbankan Ukraina
JAKARTA - Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris, menuduh hacker atau peretas milter asal Rusia berada di balik serentetan serangan DDoS yang secara singkat membuat situs perbankan dan pemerintah Ukraina offline pada Jumat, 18 Februari.
Wakil keamanan nasional AS, Anne Neuberger, mengatakan kepada wartawan di Gedung Putih bahwa Washington berusaha untuk meminta pertanggungjawaban Rusia atas tindakan agresifnya di dunia maya ini.
"Rusia suka bergerak dalam bayang-bayang dan mengandalkan proses atribusi yang panjang. Mengingat hal itu, kami bergerak cepat untuk mengaitkan serangan DDoS. Kami yakin pemerintah Rusia bertanggung jawab atas serangan yang meluas terhadap bank Ukraina minggu ini,” kata Neuberger, seperti dikutip oleh Reuters.
Neuberger mengatakan bahwa orang Amerika memiliki data yang menunjukkan bahwa infrastruktur yang terhubung dengan badan militer Rusia, umumnya dikenal sebagai GRU, "terlihat mentransmisikan komunikasi volume tinggi ke alamat IP dan domain yang berbasis di Ukraina."
Dalam pengumuman simultan, pejabat Inggris juga mengatakan GRU "hampir pasti terlibat" dalam DDoS, yang bekerja dengan membanjiri situs web yang ditargetkan dengan firehose data.
"Serangan itu menunjukkan pengabaian berkelanjutan terhadap kedaulatan Ukraina," kata Kantor Persemakmuran dan Pembangunan Luar Negeri Inggris (FCDO) dalam sebuah pernyataan. "Kegiatan ini adalah contoh lain dari tindakan agresif Rusia terhadap Ukraina. Perilaku mengganggu ini tidak dapat diterima."
Sementara Sabtu, 19 Februari pihak Rusia telah membantah peran apa pun dalam DDoS, yang menimbulkan gangguan yang relatif terbatas pada Selasa sebelumnya.
Baca juga:
Namun pihak Kyiv telah menyalahkan Moskow atas DDoS di tengah ketegangan yang meningkat sejak Rusia mulai mengerahkan pasukan di dekat perbatasan. Hal ini, meningkatkan kekhawatiran bahwa Rusia berencana untuk menyerang Ukraina. Kremlin telah membantah rencananya untuk mendorong lebih dalam ke negara itu.
Neuberger mengatakan bahwa sementara penolakan layanan memiliki "dampak terbatas," serentetan aktivitas digital berbahaya baru-baru ini dapat menjadi awal dari "serangan siber yang lebih mengganggu yang menyertai potensi invasi lebih lanjut ke wilayah kedaulatan Ukraina."
Rusia pada Sabtu, 19 Februari kembali menolak tuduhan AS bahwa mereka bertanggung jawab atas serangan siber di perbankan Ukraina dan situs web pemerintah sebagai tidak berdasar.
"Kami dengan tegas menolak pernyataan tak berdasar dari pemerintah dan mencatat bahwa Rusia tidak ada hubungannya dengan peristiwa yang disebutkan dan pada prinsipnya tidak pernah melakukan dan tidak melakukan operasi 'jahat' di dunia maya," kata pejabat Kedutaan Rusia di Amerika Serikat di akun Twitter-nya.