Kejar Target Bauran EBT 23 Persen pada 2025, PLN Serap Produk Listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro Aceh
JAKARTA - PT PLN (Persero) siap menyerap produksi listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM) Pantan Cuaca berkapasitas 4,5 megawatt (MW) yang akan dibangun di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam. Dengan operasional PLTM ini maka PLN berpotensi menekan BPP Aceh.
PLN membeli listrik dari PLTM ini dengan harga yang kompetitif sebesar Rp940 per kilowatthour (kWh) atau sebesar 6,57 sen dolar AS/kWh.
Hal ini ditandai dengan penandatanganan Power Purchase Agreement (PPA) antara PLN dengan PT Hidro Jaya Konstruksi selaku produsen listrik swasta ( Independent Power Producer/IPP). Perusahaan tersebut merupakan Special Purpose Company konsorsium antara PT Hidro Jaya Perkasa bersama perusahaan asal Korea Selatan, Dohwa Engineering Co. Ltd.
PLTM ini terletak di Kabupaten Gayo Lues yang secara kelistrikan merupakan wilayah isolated yang selama ini pasokan listriknya ditopang dari genset. Daerah ini memiliki potensi sumber daya alam dan pariwisata serta dikenal sebagai penghasil kopi Gayo Aceh.
Direktur Mega Proyek dan Energi Baru Terbarukan PLN Wiluyo Kusdwiharto menjelaskan, dengan beroperasinya PLTM Pantan Cuaca akan mampu meningkatkan bauran energi di Aceh. Proyek dengan nilai investasi Rp160 miliar ini rencananya mulai beroperasi penuh pada 2024.
“PLN mendukung penuh operasional PLTM Pantan Cuaca ini. Tentunya produksi PLTM Pantan Cuaca pada tahun 2024 menjadi salah satu pendukung tercapainya target bauran EBT sebesar 23 persen pada 2025,” ujar Wiluyo dalam keterangannya, dikutip Sabtu 19 Februari
Baca juga:
Saat ini BPP subsistem isolated setempat dibanderol Rp1.800 per kWh, sehingga pembelian tenaga listrik dari PLTM ini memberikan potensi penghematan sebesar Rp22 miliar per tahun.
“Nantinya PLTM ini akan terhubung jaringan 20 kV penyulang Rikit Gaib di sistem isolated Blangkejeren,” ujar Wiluyo.
GM PLN UIW Aceh, Abdul Mukhlis mengungkapkan, PLTM ini menggantikan ketergantungan PLN terhadap diesel. Selama ini PLN harus mengoperasikan dan menyewa genset.
“Oleh karena itu, dengan operasional PLTM ini mampu mengurangi pemakaian genset sehingga bisa menghemat,” ujar Abdul.
Perlu diketahui, pembangunan ini juga merupakan upaya PLN dalam mengimplementasikan Environmental, Social and Corporate Governance (ESG).
Direktur Utama PT Hidro Jaya Konstruksi, Baek Seunghwan, berkomitmen untuk menyelesaikan pembangkit ini dengan tepat waktu. PLTM ini juga sebagai wujud dukungan Korea agar Indonesia bisa mencapai energi bersih.
“Ini merupakan kerja sama yang baik antara Indonesia dan Korea. Harapannya, dengan PLTM ini maka bisa menurunkan emisi karbon dan menjaga lingkungan di Indonesia,” ujar Seunghwan.