Anaknya Dibegal dan Kini Tak Sadarkan Diri, Keluarga Bingung Bayar Biaya Rumah Sakit di Medan yang Capai Rp110 Juta
MEDAN - Remaja korban begal di Jalan Kapten Sumarsono bernama Indrajit Dermawan (17), kini tengah terbarin di ruang ICU RS Bunda Thamrin Medan.
Beban perawatannya harus ditanggung sendiri oleh ibunya, Nurjannah, janda dengan 6 anak. Selain harus memikirkan biaya perawatan yang cukup besar, kondisi anak keduanya yang menjadi kebrutalan para begal sudah tak sadarkan diri sejak lima hari belakangan.
Kejadian pembegalan terjadi Sabtu, 29 Januari, dini hari. Bersama temannya, Indrajit diserang orang tak dikenal dan membacok keduanya di kawasan Jalan Kapten Sumarsono.
Indrajit pun langsung dilarikan ke RS Advent. Namun, karena kondisi keuangan, dirinya sempat tak mendapatkan perawatan. Sementara BPJS tak mengcover karena korban tindak kriminal.
"Malam itu pihak rumah sakit minta jaminan uang ke keluarga sekitar Rp5 juta. Karena kita nggak punya uang sempat bingung malam itu. Apalagi BPJS tidak mengcover pasien korban kriminal," kata sang nenek, Sabariyah kepada wartawan, Kamis, 3 Februari.
Beruntung, sambung nenek yang akrab disapa Iyah, keluarga korban dibantu anggota DPRD Medan, Rudiawan Sitorus yang hadir dan menjaminkan korban untuk membawanya ke RS Bunda Thamrin agar mendapatkan penanganan medis.
Korban pun menjalani operasi pada bagian batok kepalanya yang luka berat akibat bacokan. Kini, kondisi korban masih belum sadarkan diri hingga harus mendapatkan perawatan serius di ruang ICU.
Namun, masalah lain menghampiri keluarga korban. Biaya rumah sakit yang terus membengkak hingga Rp110 juta membuat ibu korban dan keluarga makin kesulitan.
"Rencananya saat ini mau dipindahkan ke RS Pirngadi lewat bantuan Pak Rudiawan Sitorus karena di sini (RS Bunda Thamrin) biayanya cukup besar. Tapi yang jadi masalah kami belum punya biaya untuk melunasi biaya perobatannya yang cukup besar. Kami cuma bisa pasrah saat ini bang," ujarnya.
Baca juga:
Melihat kondisi itu, tak ada yang bisa dibuat Nurjannah dan keluarga saat ini. Pasrah dan doa menjadi senjata ampuh mereka agar anaknya bisa mendapatkan keajaiban.
Keterbatasan ekonomi memaksa mereka untuk memposting kisah ini di akun sosial pribadinya. Harapannya sederhana, ada bantuan yang bisa meringankan biaya rumah sakit anaknya.