Pedagang Kembang Api Siap Menyambut Rezeki

JAKARTA - Ada pemandangan yang tak biasa saat kami melewati Jalan Basuki Rahmat, Jakarta Timur atau mengarah ke Pasar Gembrong. Sepanjang trotoar, begitu banyak penjual kembang api dengan beraneka jenis dan ukuran menjajakan dagangan mereka.

VOI pun sempat mampir kedua lapak berbeda penjual kembang api. Lapak pertama adalah lapak milik Irai (34).

Pria yang menetap di wilayah Jatinegara itu mengatakan, dirinya memang sengaja ikut berjualan kembang api saat jelang tahun baru tujuannya untuk menambah pendapatannya. Hanya saja, sejak membuka kiosnya pada dua hari yang lalu, dia belum kebanjiran pembeli.

"Baru buka dua hari masih sepi, paling dua orang aja beli buat dibunyiin iseng-iseng aja," katanya saat kami temui di lapak dadakannya di bawah jembatan penyeberangan orang (JPO) Jalan Basuki Rahmat, Jakarta Timur, Sabtu, 28 Desember.

Kembang api yang dijualnya beragam dengan kisaran harga Rp70 ribu hingga Rp200 ribuan, tergantung letupan kembang apinya. "Harganya beda-beda. Paling murah Rp70 ribu isinya satu pake dapat empat kembang api. Delapan kali letupan," ungkap Irai.

Meski saat ini masih belum terlalu ramai, tapi dia yakin saat momentum malam tahun baru nanti dia bisa meraup banyak keuntungan. Apalagi, berkaca dari tahun sebelumnya, dia mengaku saat pergantian tahun 2018 ke 2019, dagangannya saat itu laris manis diburu warga yang ingin merasakan euforia tahun baru.

Tak puas hanya bertandang ke lapak milik Irai, kami berjalan sekitar 50 meter dan bertemu dengan Topan. Sehari-harinya, Topan yang juga warga Jatinegara adalah penjual mainan di sekolah dasar (SD).

Hanya saja, karena sekolah tempat dia biasa berjualan sedang libur maka seperti kebiasaan tahun-tahun sebelumnya, Topan dibantu istri dan anaknya alih profesi menjadi pedagang kembang api. Hal ini sudah dia lakukan sejak tahun 1995 dan tadinya dia berjualan di tanah yang kini menjadi Mall Bassura.

Menjelang tahun baru ini, Topan mengaku sudah ada beberapa orang yang membeli dagangannya walau belum seberapa ramai. "Alhamdulillah, sudah ada (yang beli). Kalau buat makan mah, kejamin lah. Paling ramainya nanti pas malam tahun baruan," ungkap Topan saat berbincang dengan kami.

Sama seperti Irai, Topan juga menjual ragam kembang api dengan harga yang bermacam-macam kisaran Rp15 ribu hingga yang paling mahal Rp900 ribu. Pria berusia 45 tahun ini menyebut, kini saingannya begitu banyak dalam menjual petasan. Sehingga, dia berani mengambil ragam kembang api untuk menarik perhatian pelanggan.

"Kami berani ambil yang mahal karena tahu juga pasti bakal laku. Apalagi, saya jualan sudah lama bukan musiman jadi ada pelanggan tetap," katanya.

Topan mengatakan pada kami, dia berharap mendapat banyak keuntungan. Karena tahun lalu, dengan bermodal uang Rp8 juta untuk memberi kembang api di agen yang berada di Pasar Asemka dia bisa mendapat omset sebanyak Rp13 juta.

"Mudah-mudahan ramai seperti 2018 ke 2019. Itu lumayan kami dapat. Tapi pernah juga kami enggak dapat apa-apa pas tahun baruan 2017 ke 2018. Pas ada ledakan kebakaran pabrik kembang api tuh, sama sekali enggak laku," ungkap Topan.

Kedua pedagang ini juga punya cara jitu menghindari hujan yang jadi musuh bagi kembang api yang mereka jual. Jika cuaca mulai mendung, keduanya harus mulai bersiap-siap membereskan dagangan mereka dan menutupi kembang api jualan mereka dengan terpal plastik.

Karena, kalau sampai terkena air, Topan dan Irai tentu bukan dapat untung tapi malah rugi karena kembang api dagangan mereka rusak.

Jika Anda berminat untuk membeli kembang api di sini, jangan lupa menawar untuk mendapatkan harga terbaik. Selain berjualan kembang api, biasanya para pedagang juga menjual pernak pernik tahun baru lainnya, seperti terompet yang harganya dibanderol berkisar Rp20 ribu hingga Rp30 ribu dan bando warna-warni yang bisa membuat perayaan akhir tahun anda semakin semarak.