Kazakhstan Rusuh, Internet Dimatikan, Perusahaan Penambangan Bitcoin Terpukul, Harga BTC Ambrol

JAKARTA – Di tengah kerusuhan yang melanda Kazakhstan, pemerintah setempat memutus koneksi internet guna meredam protes terkait naiknya harga bahan bakar minyak. Keputusan tersebut berdampak luas termasuk kepada perusahaan penambangan Bitcoin.

Pasalnya, Kazakhstan telah menjadi surga baru penambangan BTC setelah China mengusir para miner dari negaranya. Karena tindakan keras pemerintah China, sebagian perusahaan penambangan Bitcoin pindah ke Kazakhstan. Ini menjadikan Kazakhstan sebagai salah satu negara penambangan Bitcoin terbesar.

Dengan terjadinya kerusuhan tersebut, dan layanan internet dimatikan, para penambang BTC juga terkena imbasnya. Dampaknya, sekitar 15 persen jaringan Bitcoin dunia ikut anjlok. Harga Bitcoin pun ikut jatuh dan mempengaruhi market kripto.

Menurut laporan data dari Cambridge Center for Alternative Finance, terdapat 18,1 persen perusahaan penambangan Bitcoin global berlokasi di Kazakhstan. Sejak pemerintah China mengusir para penambang Bitcoin, jumlah miner di Kazakhstan meningkat drastis. Negara di Asia Tengah itu mendadak menjadi “surga baru” para miner BTC.

Baca juga:

Menurut laporan CNBC, pemerintah kembali mengaktifkan layanan internetnya pada hari Kamis kemarin. Meski begitu, harga Bitcoin belum bangkit dari keterpurukannya. Data dari Coingecko melaporkan bahwa harga BTC turun 9,8 persen dalam satu pekan terakhir. Saat penulisan, Bitcoin diperdagangkan di harga 42.319 dolar AS (sekitar Rp606.389.519) per koinnya.

Bitcoin.com News menyebutkan bahwa peristiwa kerusuhan yang terjadi di Kazakhstan mempengaruhi pasar kripto dan harga Bitcoin anjlok ke bawah 44.000 dolar AS pada Rabu, 5 Januari 2022. Selain penurunan harga, pada pekan ini, rata-rata hashrate jaringan Bitcoin juga turun di bawah 170 exahash per detik (EH/s). Padahal pada 1 Januari lalu hampir tembus 229 EH/s.

Komunitas kripto menyatakan kekhawatiran mereka terkait kerusuhan di Kazakhstan bisa mempengaruhi kemunduran lebih lanjut, di mana para penambang berpotensi pindah ke lingkungan baru dengan sumber energi yang lebih stabil.

Sebelumnya, pemerintah Kazakhstan menyambut positif masuknya perusahaan penambangan BTC dan akan mengambil langkah-langkah tepat guna mengatur sektor tersebut. Di sisi lain, pihak berwenang menyalahkan kurangnya pasokan listrik di Kazakhstan akibat masuknya perusahaan penambangan Bitcoin. Pada kuartal pertama 2021, defisit energi melebihi 7 persen. Tidak stabilnya pasokan energi di sana memaksa sejumlah perusahaan penambangan kripto untuk pindah ke negara-negara baru termasuk Amerika Serikat.